LeEco dari Film ke Smartphone High End

sinyal.co.id

Jia Yueting merupakan Co-Founder dan juga Head of Le Holdings LeEco.

Jia Yueting merupakan Co-Founder dan juga Head of Le Holdings LeEco.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok rupanya sudah tak bisa direm lagi untuk menguasai dunia. Di industri sepakbola misalnya, sejumlah perusahaan telah menanamkan saham di beberapa klab sepakbola di Inggris peserta liga Premiere. Tempo hari gonjang-ganjing bahwa kiblat industri perfilman dunia Hollywood bakal dikuasai oleh perusahaan raksasa film Wanda.

Di industri smartphone malah lebih dulu ekspansi. Bagaimana TCL mengambil alih Alcatel. Dan kini, hampir 60 persen smartphone yang beredar di dunia adalah produk-produk Tiongkok. Juli lalu giliran Vizio, brand papan atas Amerika yang dicaplok LeEco dengan nilai 2 miliar dolar.

LeEco besar di Tiongkok karena sukses menjadi provider jaringan video streaming. Tahun 2014 saja memperoleh pendapatan mencapai 1,6 miliar dolar. Maka kemudian di tahun 2015 disiapkan divisi baru yang akan menjadi roda baru perjalanan LeEco.

Divisi smartphone membuat konsep baru melengkapi core business-nya di sektor video streaming. Pembelian Vizio konon juga lantaran agar kelak produk-produk Vizio dapat dijejali dengan layanan ini, selain tentu saja sebuah cara untuk merangsek ke pasar Paman Sam.

Tahun 2016, di bulan Februari sebuah produk smartphone dirilis, LeEco Le 1s. Yang menarik bukan pada sejumlah komponen dan spek sekelas smartphone highend. Tetapi pada layarnya, meski seluas 5,5 inch (seperti kebanyakan smartphone) tetapi rasio terhadap penampang depan mencapai 74 persen.

Dengan persentase sebesar angka di atas, menonton video menjadi lebih nyaman buat mata. Bandingkan dengan smartphone lain yang di bawah 70 persen layarnya mendominasi permukaan depan. Dan kemudian hampir seluruh produk LeEco sangat konsen dengan layar yang lebih melegakan.

Hadirnya seri Le Max semakin mengukuhkan maksud LeEco merilis produk smartphone. Sebuah smartphone dalam konteks hiburan khususnya menonton video harus lah mempertimbangkan faktor layar. Maka setiap membeli produk LeEco konsumen akan ditawari oleh aplikasi video streaming dengan banyak sekali koleksi. Bahkan beberapa film produk Hollywood pun tersedia. LeMax malah mencetak rekor layar rasio terbesar (79,2 persen), sebelum ditumbangkan oleh Xiaomi Mi Mix.

LeEco tidak mencari-cari keunggulan yang sementara sudah hampir dikuasai sepenuhnya oleh pabrikan lain. Mereka tahu persis smartphone hanyalah perangkat yang seharusnya dirancang untuk menjadi media menonton konten yang mereka miliki. Ini seperti halnya ketika mengakusisi Vizio.

LeEco memiliki berbagai tawaran menarik untuk layanan video streaming-nya tersebut. Tentu ber-bundling dengan pembelian smartphone-nya.

Sony pernah melakukan hal ini. Sony Entertainment memasok film blockbuster. Tetapi koleksi, mekanisme dan cara menawarkannya kurang terasa sebagai sebuah benefit bagi konsumen. LeEco melakukan pendekatan dengan publisher lokal. Mungkin jika masuk Indonesia, Anda pun bisa menonton film sineas Tanah Air.

Andra

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled