In Memoriam Djatmiko Wardoyo, dari Nokia hingga Samsung, mulai Xiaomi sampai IMEI

WWW.SINYALMAGZ.COM – Jika ada riset jurnalistik tentang sosok malang-melintang di dunia ritel industri ponsel tanah air, nama Djatmiko Wardoyo pasti masuk di dalamnya. Tidak berlebihan, sebab namanya memang terus ada dan menonjol sejak pasar dikuasai oleh Nokia hingga saat ini, Samsung.

Djatmiko Wardoyo akrab disapa Koko nyemplung di industri ritel perangkat telekomunikasi bersama Global Teleshop. Perusahaan milik Hermes Thamrin yang kantor pusat merangkap gerainya bercokol di kawasan Mampang. Di sana ia meniti karir. Oleh Hermes diberi peran sangat banyak, bahkan jadi ujung tombak.

Nama Global Teleshop berkibar seiring dengan penjualan Nokia. Bahkan oleh Nokia Indonesia, Global Teleshop jadi anak anak emas, selain ada pula Global Telesindo dan OkeShop (Trikomsel). Hampir setiap ada produk baru Nokia, Global Teleshop ada di garda depan penjualan.

Koko ada di situ menjaga operasional perusahaan. Proses belajar menjadi pebisnis ritel ia peroleh di sana. Begitu kuatnya distribusi yang dibangun oleh Global membuat nama sang pemilik dijuluki Raja Ponsel.

Serunya, Koko begitu sangat dipercaya oleh Hermes, sementara di belakang itu ada sang putra yang secara hirarkis semestinya bisa menjadi pengganti. Bahkan kemudian sang putra belajar bisnis ritel ponsel pada Koko. Kelak, Hermes membangun bisnis di sektor properti.

Karena bukan pemilik, nama Koko memang tak secemerlang lainnya. Ia seolah hanyalah orang di balik sukses penjualan industri ponsel.

Suatu kali ia sempat menjadi juri ajang Indonesia Cellular Awards (ICA). Hingga dua kali berturut-turut. Ia terpilih sebagai juri karena mewakili sektor ritel. ICA juga merupakan ajang penghargaan yang fair, karena diinisiasi oleh berbagai pihak. Selain ATSI, media (SINYAL), juga asosiasi penyedia konten.

Global meredup seiring dengan jatuhnya Nokia. Peta penjualan ponsel juga berubah dari dominasi OS Symbian ke OS Android.

Salah satu kealpaan Global adalah tidak segera banting setir. Sementara ikatannya dengan Nokia amat terlalu lekat. Di sisi lain, Samsung masih baru naik daun, belum cukup layak dijuluki pemain kuat.

Ketika itu sulit mencari Koko. Ia hilang bak ditelan bumi. Global sendiri dioperasikan oleh putra Hermes, alias dipegang oleh sang owner.

Rupanya Koko yang banting setir. Di suatu perjumpaan, ia bilang tengah senang dengan profesi baru sebagai pendidik, pengajar alias instruktur. Apa yang ia ajarkan?

Tentang dunia komunikasi (ia memang memulai dari bidang ini), juga pemasaran dan penjualan. Bidang terakhir ini yang ia geluti semasa di Global.

Tubuhnya agak kuyu. Ia mengaku sedang diet.

Apakah puas ia di bidang baru ini?

Rupanya tidak. Kembali ke Global sebentar untuk membantu. Tetapi Global sudah jatuh. Ada dua nama yang survive. OkeShop dan Telesindo.

Namun, ada satu lagi yang perlahan tetapi kuat mendaki yaitu Erajaya. Era bukan pemain baru. Dulunya bernama EraShop. Tetapi hanya jadi second layer.

Erajaya dengan ditopang modal besar dan awak yang kenyang pengalaman perlahan membangun bisnis ritel ke modern outlet. Ada Hasan Aula (mantan Dirut Nokia Indonesia) di situ.

Koko lantas sudah ada di sana. Persekawanan antara Koko dengan Hasan sudah belangsung lama sekali sejak Nokia berjaya.

Suatu kali ia pernah berujar, “Dunia saya kayaknya di ritel, mas.”

Erajaya menggurita. Sebagai toko multibrand dan sejumlah produk bisa tampil di tokonya membuat Erajaya kian hebat. Ekspansi gerainya ke mana-mana. Kemudian membuka toko khusus menjual produk Apple.

Koko seakan menemukan dunianya kembali. Lagi-lagi, perannya ketika di Global dulu, ia jalankan kembali di Erajaya Swasembada. Tak heran jika media lebih mengenal Djatmiko Wardoyo ketimbang Hasan Aula atau Budiarto Halim pun Ardy Hardy Wijaya.

Erajaya naik terus sejalan dengan Samsung yang menguasai market Android. Lalu, waktu Xiaomi mendarat di Indonesia melalui e-commerce-nya, tiba-tiba Erajaya bisa mengambil.

Padahal Xiaomi hanya menjual produknya lewat online. Dan, Koko memastikan bahwa produk Xiaomi juga bisa diperoleh di Erajaya. Sekaligus merupakan distributor pertama yang memamerkan produk Xiaomi melalui ritel tradisional.

Posisinya sebagai Direktur Marketing merangkap Komunikasi adalah wujud dari hasratnya.

Ketika pemerintah meng-issue soal ponsel ilegal alias BM yang merugikan negara triliunan rupiah, Koko ambil bagian dalam hal ini. Kali ini melalui APSI. Lewat asosiasi ada “perlawanan” terhadap infiltrasi ponsel tanpa IMEI tercatat di Indonesia itu.

Koko sangat getol akan hal ini. Meskipun kebijakan perang terhadap ponsel ilegal ini sempat tarik-ulur, bahkan berpindah dari pemerintahan Jokowi pertama ke Jokowi kedua. Maklum bukan hanya urusan Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun juga Perdagangan, Perindustrian, bahkan Keuangan.

Berulang kali digelar edukasi yang juga melibatkan APSI  sebagai pelaku asosiasi. Berbagai cara dilakukan untuk “menekan” bahkan SINYALMAGZ pun terlibat, hingga akhirnya lahir tiga peraturan, masing-masing dari Kominfo, Kemendag dan Kemenperin.

Inilah tugas terakhir yang sempat dijalankan Djatmiko Wardoyo. Menghalang masuknya ponsel ilegal ke tanah air. (*)

 

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled