Kesenjangan Tarif Off Net dan On Net Menguntungkan atau Merugikan?

sinyal.co.id

kebijakan penurunan tarif justru disambut dengan baik oleh operator.

Kebijakan penurunan tarif justru disambut dengan baik oleh operator.

Pemerintah selama ini hanya menetapkan acuan tarif interkoneksi antaroperator off net, namun tidak menetapkan tarif percakapan sesama pelanggan satu operator on net. Tarif on net diatur sendiri oleh operator sesuai kebijakan mereka, ada yang menggratiskan, ada yang menerapkan biaya yang sangat murah.

Secara rata-rata, kesenjangan tarif antara off net dan on net mencapai sekitar delapan kali, dan ini dinilai pemerintah terlalu tinggi. “Seharusnya tarif off net tidak sampai 8 kali lebih mahal dibanding tarif on net,” ujar Menkominfo Rudiantara.

Akibat kesenjangan tarif itu, orang mengakalinya dengan memiliki beberapa ponsel dengan berbeda kartu operator di dalamnya. Ketika ia menghubungi pelanggan Telkomsel, misalnya, ia menggunakan ponsel yang berisi kartu SIM Telkomsel, demikian seterusnya.

Dengan cara menekan tarif interkoneksi dan menekan tarif off net, diharapkan akan terjadi efisiensi dari pemilikan kartu SIM dan penggunaan ponsel. Catatan pemerintah menyebutkan, impor ponsel setiap tahun mencapai 3,2 miliar dollar AS, atau sekitar Rp42 triliun.

Dengan kebijakan ini, ditambah adanya kewajiban prinsipal merek ponsel membangun pabrik di dalam negeri dan menerapkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), diharapkan akan terjadi penghematan devisa sampai 50 persen. Saat ini, dengan 253 juta penduduk, nomor seluler aktif di Indonesia mencapai lebih dari 326 juta.

Penurunan tarif interkoneksi menurut pendapat beberapa pakar akan merugikan Telkomsel sebagai pemimpin di industri karena Capex-nya yang masih tinggi, sehingga tarif acuan interkoneksinya juga harus tinggi. Apakah penurunan tarif ini akan membuat Telkomsel merugi?

Tidak juga, karena dengan terjadinya penyempitan kesenjangan tarif antara off net dan on net, orang berpikir tak perlu pakai nomor semua operator, cukup satu saja, toh tarifnya sama. Justru yang diuntungkan dari proses ini adalah Telkomsel yang memiliki jaringan paling luas dan orang cenderung memilih operator yang demikian.

Penurunan tarif interkoneksi memang dikhawatirkan akan menurunkan kemampuan Telkomsel untuk membangun dan memperluas jaringan. Namun kebijakan penurunan tarif justru disambut dengan baik oleh operator di luar Telkomsel.

Menurut media, Dirut PT XL Axiata, Dian Siswandari mengatakan bahwa besaran penurunan ini belum ideal dan pihaknya berharap tarif interkoneksi turun sampai 40 persen.  Hal sama juga diungkapkan oleh Wakil Presiden Direktur PT Hutchison 3 Indonesia, M Danny Buldansyah.

Sementara Dirut PT Indosat, Alexander Rusli lebih melihat peluang terbaik dengan berharap dapat melakukan negosiasi berdasarkan pola trafik di tiap daerah. Ia yakin bahwa angka penurunan 26 persen tidak berlaku sama rata di semua kawasan.

Hendro

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled