Ketika Pelanggan Menjadi Influencer

WWW.SINYALMAGZ.COM – Earn media telah menempati posisi strategis dalam konsep pemasaran digital. Peran influencer maupun key opinion leaders (KOL) dianggap penting. Namun secara umum, yang diharapkan dari KOL selama ini hanyalah menungganggi keterkenalan atau keilmuan mereka.

Strategi ini tidak salah. Namun risiko yang harus Anda hadapi adalah penyiapan biaya yang sangat besar untuk membelanjakan iklan melalui KOL. Di sisi lain, banyak perusahaan yang menggunakan KOL dari kaum selebritas (termasuk artis termsuk selebgram) maupun para ahli membiarkan begitu saja iklannya menebar.

Mereka tidak memiliki alat ukur agar key performance index (KPI) tercapai. Alih-alih KPI, kadang mereka pun hanya meminta KOL untuk menjadi corong komunikasi tanpa membutuhkan interaksi.

Di dunia customer relation, konsep customer centric mulai digalakkan. Konsep ini memfikuskan pada pelanggan sebagai pusat perhatian. Sehingga semua lini bisnis diarahkan sepenuhnya kepada pelanggan sekaligus mencari pelanggan baru.

BACA JUGA: Tiga Jenis Social Media Marketing yang Tak Boleh Anda Tolak

Tetapi pada industri yang pelanggannya telah sangat penuh (misalnya industri telekomunikasi), fokusnya benar-benar pada customer centric. Customer centric tidak saja menguntungkan pelanggan (karena dianggap sebagai raja), tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi industri itu sendiri.

Harap diingat, pelanggan Anda pasti ada yang memiliki begitu banyak follower di media sosialnya. Pelanggan Anda mungkin juga die hard fans produk Anda. Bahkan bisa jadi pelanggan telah diam-diam menyebarkan produk atau layanan Anda melalui media sosialnya, karena mereka suka dan mendapatkan benefit.

Lansekap customer sebenarnya jauh lebih tumbuh, variatif dan memiliki daya pikat yang khas. Para pelanggan adalah mereka yang merasa setara. Sehingga mereka tidak perlu tampil seperti seleb ketika mengenakan produk Anda. Hal ini bisa bermakna tidak ada sekat di antara sesama pelanggan. Sesuatu yang berbeda bila yang bicara adalah ahli atau selebriti.

The Goods Dept memanfaatkan pelanggannya untuk menjadi influencer. Mereka tidak dibayar seperti selebriti atau ahli menawarkan rate iklan digitalnya. Industri fesyen mungkin contoh yang tepat. Tetapi industri F&B sebenarnya juga memiliki pola yang sama.

BACA JUGA: 3 Hal Fundamental Kesuksesan di Social Media

Selanjutnya tinggal Anda menggali dan membuat indikator pengukuran pola bermedia melalui pelanggan. Setelah itu, siapkan reward bagi mereka yang memberi kontribusi pada produk Anda. Tetapi jangan perlakukan mereka seperti Anda melakukan sistem ponsi alias MLM.

Para pelanggan itu hanya perlu memperoleh up date dan mereka menjadi orang yang mendapatkan pengalaman pertama dari produk baru. Mereka tidak membutuhkan sistem yang rumit untuk menyampaikan pesan sponsor.

Maka, memperlakukan pelanggan sebagai influencer berbeda dengan KOL selebriti atau ahli. Tetapi, lewat customer relation kedekatan itu bisa dibangun. Dan, mereka para pelanggan itu kelak menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan proses bisnis Anda. (*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled