Tak Gampang Allo “Menghalo”

SINYALEMEN 4

Betapapun besarnya Google sebagai Over the Top (OTT) dan barangkali merupakan OTT terhebat sepanjang sejarah, ternyata tidak gampang begitu saja ketika merilis sebuah aplikasi biar lekas digunakan konsumennya. Walaupun OS Android menguasai 80 persen pengguna smartphone di dunia, tetapi Pokemon Go jauh lebih cepat menyita atensi pengguna. Sementara Google Allo, aplikasi chat atau messenger yang dirilis pertengahan September, dalam seminggu hanya berhasil mencapai lebih dari satu juta saja.

Saya membuat sebuah survei lewat Twitter. Membandingkan antara WhatsApp, Line dan Google Allo. Lebih dari 70 persen memilih WA, 15 persen Allo dan Line 12 persen. Lalu diikuti dengan survei berikutnya dengan pertanyaan suka atau tidak dengan Allo. Yang memilih tidak sebesar 61 persen, sisanya memilih suka.

Tentu saja bisa dipahami. Ketika orang (termasuk Anda mungkin) sudah nyaman dengan satu aplikasi dan tidak merasa mendapatkan masalah, maka umumnya cenderung sulit mencoba apalagi berpindah ke aplikasi lain. Toh, aplikasi tersebut terus dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh si pembikinnya. Bahkan mungkin Anda juga tidak perlu menggunakan segala tambahan yang disediakan oleh sang developer.

Google terlalu lambat memaknai hadirnya sejumlah aplikasi interaksi antarmanusia. Duo datang setelah Skype menarik minat banyak orang. Allo pun sama, di saat Line, WeChat, WhatsApp kian melejit, bahkan telah menumbangkan aplikasi sejenis.

Pada saat messenger mengubah cara komunikasi SMS, Google hanya memainkan GTalk yang sebenarnya dibuat dalam rangka menyaingi Yahoo Messenger. Tetapi GTalk nyaris tanpa upgrade. YM turun seiring anjloknya nama Yahoo sebagai mesin pencari era awal 2000-an.

WA dan aplikasi sejenis yang masih eksis, menggunakan cara sederhana dan tanpa requirement berlebihan agar lebih lekas menyebar dan menjangkau pengguna yang tak punya email sekalipun. Facebook Messenger musti perlu akun FB biar bisa pakai. WA cukup punya nomor ponsel. Google Allo serupa, Anda harus punya akun Gmail.

Google lebih percaya diri karena setiap pengguna Android pasti punya akun GMail. Tetapi WA membuat lebih banyak platform, tak cuma Android atau iOS yang untuk aktif harus punya akun email masing-masing. Google menambahkan lebih banyak dan beragam gimmick seperti stiker untuk menjawab kemauan pengguna messenger yang memang butuh sekali ikon-ikon. Malah seluruh lini aplikasi termasuk big data mereka dikerahkan agar dapat diakses. Maka Allo membuka wacana baru di mana manusia bisa bicara dengan mesin.

Maka sebagai  messenger Allo adalah aplikasi lengkap dan integratif. Masalahnya Allo hanya terlambat hadir. Maka prosesnya agar cepat dapat atensi perlu membuat ekslusivitas menu baru. Meyakinkan kepada pengguna sistem enkripsi dan sekuriti yang lebih hebat. Dan secepatnya membuat versi PC.

Google memang besar, tetapi belum tentu semua miliknya adalah yang terbesar. (*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled