Webinar BRIN; Pentingnya Transformasi Digital di Kampus

WWW.SINYALMAGZ.COM – Transformasi digital di perguruan tinggi sangat penting untuk meningkatkan kualitas kampus. Mustahil menyiapkan putra-putri bangsa yang menguasai teknologi digital dan mampu menaklukkan tantangan global, jika kampusnya sendiri belum mahir menggunakan teknologi.

Hal ini diungkapkan Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Marsudi Kisworo, dalam Webinar Sevima Kamis (21/04) yang dihadiri 2.000 Rektor dan Dosen se-Indonesia. Marsudi menjelaskan manfaat yang bisa dirasakan bila perguruan tinggi melakukan transformasi digital, serta tips-tips bagi kampus untuk bertransformasi.

Transformasi digital adalah sebuah disrupsi untuk meningkatkan bisnis serta pendidikan menjadi lebih cepat dan kuat, dan kuliah online bisa mengurangi biaya pengeluaran di perguruan tinggi. “Tidak mampu beradaptasi membuat kampus terdisrupsi dan ditinggalkan,” ujar Marsudi.

Dikatakan, memahami apa saja permasalahan di kampus akan membantu perguruan tinggi memetakan solusi digital apa yang diperlukan untuk bertransformasi ke digital. Misalnya pandemi yang tidak harus menghambat proses pembelajaran dan perbaikan sistem informasi akademik kampus. Dengan bertransformasi digital, mengelola kelas dan pelaporan justru makin murah dan mudah.

Setelah memahami permasalahan, transformasi bisa dilanjutkan dengan cara mengubah budaya dan pola pikir dan segenap komponen kampus harus siap melakukan perubahan, menyederhanakan pekerjaan yang ada. Mengubah kebiasaan yang konvensional menjadi lebih maju dan kompeten, dan menjaga keamanan diri di ekosistem digital.

Keamanan penting karena pasti ada orang-orang tidak bertanggung jawab yang ingin memanfaatkan data-data, dan jangan sampai ada yang mengambil keuntungan dari data yang dimiliki sebuah perguruan tinggi. “Keamanan bisa dimulai dengan cara setiap pengguna bertanggung jawab mengamankan datanya masing-masing,” katanya.

Manfaatkan yang ada

Paling penting, menentukan solusi digital yang tepat dan kampus bisa memilih apakah akan berinovasi aplikasi sendiri, ataupun memanfaatkan aplikasi yang sudah ada. Aplikasi pembelajaran online seperti Zoom maupun sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud), telah tersedia di internet.

Kampus dapat menentukan solusi digital mana yang cocok dan walaupun inovasi adalah hal yang baik, tidak semua kampus cocok membuat aplikasi sendiri karena kemampuan dosen pasti berbeda-beda. Ada kampus yang sudah memiliki talenta yang mahir dalam pemrograman dan pembangunan jaringan, namun tak sedikit juga yang belum mampu, sehingga pilihan membuat aplikasi sendiri berisiko dalam aspek keamanan. “Jangan memaksa untuk membuat sistem informasi sendiri,” ujar Marsudi.

Sugianto Halim, Dirut Sevima yang pakar teknologi informasi mengatakan telah tersedia aplikasi akademik dan pelaporan (feeder) gratis yang sudah digunakan ribuan kampus di Indonesia seperti Gofeeder. Aplikasi versi komunitas seperti ini bisa dengan mudah diinstall oleh operator dan tim akademik di server kampus, tidak perlu memikirkan perancangan aplikasi dan biaya.

Aplikasi Gofeeder yang sudah terintegrasi dengan sistem pelaporan pendidikan tinggi yang ada di Pemerintah Indonesia (Neofeeder) bisa jadi alternatif kampus-kampus kecil. “Sehingga mereka dapat siap dalam menyiapkan segala tantangan digitalisasi, tanpa perlu khawatir dengan keadaan kampus,” kata Sugianto. (*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled