XL Axiata Raih Laba Terbesar Sejak 2013

WWW.SINYALMAGZ.COM Pendapatan XL Axiata sepanjang 2021 naik dengan 3% dibanding tahun sebelumnya, menjadi Rp 26,8 trilun dengan laba bersih Rp 1,3 triliun, laba tertinggi sejak 2013. Mereka pun meningkatkan kekuatan jaringan untuk pengalaman pelanggan, dan digitalisasi yang akhirnya mendukung efisiensi bisnis serta meningkatkan penjualan.

XL Axiata membelanjakan biaya modal (capex — capital expenditure) tahun 2021 lebih besar demi kualitas jaringan serta digitalisasi untuk pengalaman pelanggan yang terbaik. “Fokus kami bukan untuk merespon persaingan tarif layanan, tetapi lebih pada penciptaan nilai bagi pelanggan kami,” kata Presdir & CEO XL Axiata, Dian Siswarini.

Konsolidasi dalam industri, katanya, positif untuk persaingan karena menciptakan struktur industri yang lebih seimbang dan fokus pelaku pasar mestinya lebih tertuju pada pengalaman pelanggan dibanding memainkan tarif. Karena itu, investasi XL Axiata pada jaringan serta digitalisasi menjadi strategi perseroan dalam menyajikan customer experience terbaik.

Hingga akhir 2021, total BTS XL Axiata 162.282, dengan BTS 4G bertambah menjadi 77.204, sementara fiberisasi telah mencakup lebih dari 50% site, area terlayani jaringan 4G bertambah menjadi 458 kota/kabupaten. Peningkatan kekuatan jaringan searah dengan tingkat penggunaan layanan data pelanggan yang lebih tinggi.

Selama periode 12 bulan di 2021, trafik data XL Axiata naik pesat hingga  34% YoY ke 6.549 Petabyte. Selaras dengan kecepatan akses internet yang meningkat sebesar 20% sejak awal tahun.

Kecepatan akses internet berdampak positif pada pemakaian aplikasi digital, termasuk aplikasi milik perusahaan, “myXL” dan “Axisnet” yang menawarkan berbagai paket layanan,  dan juga sarana customer service. Masing-masing meningkat hingga 3,5x pengguna aktif bulanan sejak awal pandemi, yang jadi bukti implementasi yang mendukung performa bisnis, efisiensi biaya dan penjualan produk.

Konvergensi

Perseroan memperkenalkan layanan konvergensi sekaligus peningkatan manfaatnya sesuai visi menjadi  the no 1 Converged Operator in Indonesia, sehingga  penetrasi layanan konvergensi mencapai 11%. Ini menunjukkan kuatnya permintaan atas produk ini, sementara akuisisi Linknet yang baru dilakukan mendukung pengembangan produk konvergensi di masa mendatang.

XL Axiata dapat melalui tahun 2021 dengan baik, meski kompetisi tetap sangat ketat dan daya beli masyarakat belum pulih. Mereka bahkan mampu menjaga performa keuangan dan berhasil meraih laba.

Pada kuartal keempat 2021, pendapatan perseroan meningkat 2% dibanding kuartal 3 tahun 2021 (QoQ) menjadi Rp 6,96 triliun, dengan Rp 6,5 triliun di antaranya berupa pendapatan layanan. EBITDA sepanjang 2021 meningkat 2% (YoY) menjadi Rp 13,28 triliun, dengan margin 50%.

BACA JUGA: XL Axiata Raih Laba Bersih Rp 716 Miliar Semester 1 2021

Sepanjang 2021 beban biaya operasional meningkat 4% (YoY) menjadi Rp 13,47 triliun dari Rp 12,95 triliun. Kenaikan dipengaruhi meningkatnya beban biaya regulasi serta biaya penjualan dan pemasaran.

XL Axiata mampu meningkatkan konrtribusi pendapatan data menjadi 94%, tertinggi di industri. Pendapatan data per akhir 2021 tercatat sebesar Rp 23,42 triliun, naik 5,4% YoY.

ARPU blended juga bisa dipertahankan di angka Rp 36 ribu, dengan jumlah pelanggan di akhir tahun 2021 sebanyak 57,9 juta dan tingkat penetrasi smartphone meningkat sebesar 4% YoY menjadi 92%. Hal ini menunjukkan kemampuan perseroan menjaga perkembangan pelanggan yang sehat.

Peluang bisnis 2022

XL Axiata tetap mampu menjaga posisi neraca dalam posisi sehat dan terkendali, meski  jumlah utang kotor meningkat 9,9% YoY dan utang bersih naik 19,2% YoY. Free Cash Flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, meski turun sebesar -51,3%, ke angka Rp 3,37 triliun. Ini karena capex meningkat untuk mendukung pembangunan jaringan dan peningkatan pelayanan pelanggan.

Rasio utang bersih terhadap EBITDA juga masih baik, mencapai 0,6x, dan perusahaan tidak punya utang dollar AS. Sebesar 70% dari pinjaman yang ada saat ini berbunga mengambang (floating) dan pembayarannya masih dapat dikelola hingga dua tahun ke depan.

Sepanjang tahun 2021, capitalized capex meningkat 61,2% YoY menjadi Rp 9,92 triliun. Di tahun 2022 ini XL Axiata juga akan mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 9 triliiun.

Pemulihan ekonomi diprediksi akan bisa terlaksana seiring dengan prediksi meredanya Covid-19 pada 2022, yang berarti pertumbuhan ekonomi siap untuk pulih lagi. Cara kerja digital, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.

BACA JUGA: Axiata Ambil 66% Saham Link Net

Ada potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (fibre to the home –FTTH)  karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida. Keberadaan Omnibus Law membawa peluang positif jangka panjang bagi industri melalui efisiensi capex dan opex untuk 5G serta manfaat lainnya.

Dian Siswarini melihat layanan konvergensi sangat luas di masa mendatang. Layanan ini  mampu memenuhi kebutuhan akan akses internet cepat dan stabil, bisa digunakan satu keluarga, serta kemudahan dan manfaat tambahan, seperti akses ke layanan hiburan.

Secara bisnis, layanan konvergensi juga akan meminimalkan tingkat churn serta meningkatkan loyalitas pelanggan. Dengan akuisisi Linknet, hal ini akan sangat mendukung pengembangan bisnis konvergensi ke depannya. (*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled