Pemadaman Layanan 3G

Pemadaman layanan seluler generasi ketiga, 3G, diperkirakan akan cepat terjadi sejalan  dengan makin dibutuhkan spektrum frekuensi untuk layanan 4G LTE sesuai rencana perluasan cakupan operator. Menkominfo berharap pemadam layanan 3G ini sudah bisa dimulai tahun ini, dan semua beralih ke 4G LTE, long term evolution.

Spektrum frekuensi yang digunakan untuk layanan 3G dan 4G sama, selain di 900 MHz, juga 1800 MHz dan 2100 MHz. Namun teknologi 3G hanya mampu mengunduh 384 kilobit per detik (Kbps), sementara 3,5G paling tinggi untuk video 2 Mbps.

Kalau spektrum tadi digunakan untuk 4G, unduhan bisa menjadi 300 Mbps dan unggahan 75 Mbps, apalagi kalau operator menggunakan teknologi CA, carrier agregation. Teknologi CA  menggabungkan dua spektrum berbeda, misanya 1800 MHz dengan 2100 MHz, dan didapat kapasitas yang lebih besar, bisa sampai 1Gbps, 1.000 Mbps.

Teknologi CA ini yang tampaknya digunakan operator GSM yang hanya punya spektrum 1800 MHz dan 2100 MHz, tidak punya 2300 MHz, apalagi milimeterband, sehingga kapasitasnya hanya “hampir-hampir” 5G. Padahal dengan memanfaatkan milimeterband di 26000 MHz (26 GHz) dan 35 GHz nantinya, kecepatan bisa lebih dari 100 Gbps.

Sebagai bayangan, untuk mengunduh satu video, menggunakan teknologi 3G bisa sampai 30 menit, bahkan mati sebelum selesai, dengan teknologi 4G bisa 2 menit namun dengan teknologi 5G tidak sampai 2 detik.

Tetapi frekuensi 26 GHz selebar 1.000 MHz baru akan dilelang pemerintah paling cepat pada 2023, sementara tahun ini akan dilelang pita selebar 90 MHz di spektrum 700 MHz. Spektrum ini  bekas pakai televisi siaran yang semula menggunakan teknologi analog, pindah ke teknologi TV digital yang hemat frekuensi.

Dibanding dengan layanan 2G yang tidak bisa digunakan untuk internet/data, tentu 3G lebih baik. Tetapi penggunaan lebar pitanya lebih boros dibanding 4G LTE dan pemadaman 3G membuka kesempatan operator melakukan optimalisasi spektrum frekuensi.

Hingga tahun 2021 lalu, pemilikan BTS (base transceiver station) 3G masih lebih banyak dibanding BTS 4G, dan makin hari makin berkurang. Selain karena teknologi 3G sudah obsolete, usang, juga jarang vendor membuat BTS 3G karena pemadaman layanan 3G sudah mulai dilakukan operator dunia sejak 2019, sehingga jadinya harga BTS 3G pun lebih mahal.

Hilangnya premium

Di beberapa negara, termasuk Singapura, mereka tidak hanya memadamkan layanan 3G tetapi juga 2G sejak 4 tahun lalu. Layanan 2G bahkan jauh lebih boros dalam memakan frekuensi dibanding 3G.

Di Indonesia belum ada pernyataan pemerintah untuk memadamkan 2G, karena di lapangan ternyata mayoritas pelanggan 2G adalah masyarakat golongan bawah, bahkan bukan yang berdiam di kawasan yang tertinggal namun justru di perkotaan. Telkomsel pernah menyatakan tidak akan mematikan layanan 2G karena alasan sosial tadi, juga menurut operator lain, apalagi jumlah pelanggan 2G tiap operator masih sekitar 10% sampai 20%.

Operator pun melakukan banyak gimmick untuk membujuk masyarakat pindah dari 2G langsung ke 4G. Upaya ini kurang berhasil, karena beda harga ponsel dan tarif layanan antara kedua generasi itu

Ponsel baru 2G harganya sekitaran Rp 200 ribu, sementara ponsel 4G paling murah Rp 1,5 juta, tetapi ponsel 2G tidak bisa untuk data hanya suara dan SMS. Sementara ponsel 4G bisa untuk data, video dan sebagainya, tarif datanya jauh lebih mahal dibanding tarif SMS.

Pemadaman 3G diperkirakan tidak akan menimbulkan gejolak di masyakat. Mungkin seperti hilangnya bensin premium di SPBU yang kemudian hanya menyediakan bensin pertalite dengan harga sedikit mahal.

Pemakai 3G dengan ponsel tidak pintar, tidak mungkin menerima sinyal 4G, karena teknologinya beda dan kalaupun mereka pindah ke 4G, selain harus menggunakan ponsel pintar juga harus menukar kartu SIM-nya. Soal ganti ponsel pintar tidak masalah karena data menyebutkan bahwa hampir seluruh pelanggan 3G menggunakan ponsel pintar.

Bagaimana kalau pelanggan 3G tidak mau pindah ke 4G? Tidak masalah, karena secara otomatis layanan untuk mereka terjun ke layanan 2G. Sepanjang ada BTS 2G di sekitaran mereka, tanpa harus mengganti ponselnya dengan feature phone. ***

 

 

Tags:

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled