Pita Lebar Jadi Tersangka Terorisme

sinyal.co.id

hot issue a_pita lebar

foto : ist

SEMUA hal yang baru, kemajuan, selalu membawa dua sisi yang bertentangan, kebaikan dan keburukan, positif dan negatif. Kebaikan tak ada yang gratis dan selalu meminta biaya, jika itu disebut sisi negatifnya, termasuk telekomunikasi yang saat ini sudah merambah teknologi digital pita lebar (broad band).

Dengan layanan digital, masyarakat bisa melakukan aktivitas tanpa bergerak dari tempat duduknya, di mana pun dia sepanjang ada jaringan seluler yang memadai. Orang bisa berbelanja hampir apa saja yang bisa dijual, dapat melakukan pekerjaan kantornya tanpa masuk kantor, bahkan juga berlajar secara daring tanpa ada pertemuan fisik antara guru dan muridnya.

Banyak keuntungan yang didapat dengan makin luasnya layanan pita lebar, yang kelak akan merambah kawasan terpencil dan terluar di Tanah Air. Kemudahan-kemudahan ini sudah mulai dinikmati walau tentu ada biaya yang harus dibayarkan sebagai konsekuensinya.

Layanan pita lebar untuk media sosial, terbukti jelas berperan besar dalam menenangkan masyarakat yang panik saat terjadi aksi teroris di Jalan Thamrin dua pekan lalu, ketika orang membutuhkan informasi. Justru kebutuhan akan informasi ini dimanfaatkan orang menyebarkan berita bohong yang tujuannya membuat orang makin panik.

Begitu terjadi ledakan bom di cafe Starbuck Thamrin, muncul informasi bahwa bom juga meledak dan orang-orang jadi korban tembak di beberapa kawasan, antara lain Palmerah dan Slipi. Namun berita ini cepat hilang dengan banyaknya netizen yang mengungkap kebenaran, tak ada kegiatan teroris di tempat lain kecuali di Thamrin.

Media sosial juga menyampaikan beberapa saran agar masyarakat tidak panik dan memberi semangan untuk melawan terorisme dengan bersatu menyatakan tidak takut pada teroris. Turun tangannya presiden dan Kapolri – yang saat kejadian sekitaran pukul 10.40 ada di luar kota – sangat menenangkan situasi dan membuat masyarakat makin percaya diri. Itulah kekuatan media sosial lewat pita lebar yang dimafaatklan pada saat yang tepat.

Kala itu memang nyaris chaos, informasi simpang siur dan tidak segera ada pejabat yang dipercaya masyarakat yang tampil yang mampu menenangkan warga. Apalagi ibu-ibu yang anaknya bersekolah di sekitaran Sarinah Thamrin, yang mestinya sudah dijemput sopir, ternyata sopirnya tidak mampu mendekati lokasi sekolah, sementara mereka sendiri terkurung di kantornya.

Masyarakat kita memang beda dengan orang Eropa atau Amerika yang sudah sangat maju, yang terlalu menyayangi nyawa, sehingga gangguan sekecil apa pun bisa membuat mereka terguncang. Di Jakarta waktu itu, orang malah berdatangan dan membuat baku tembak antara polisi dan teroris sebagai tontonan yang menarik.

Layanan pita lebar ini pula yang kemudian mampu mengerahkan Gojek dan Grabbike untuk berdatangan ke lokasi dan memberi layanan gratis untuk yang akan meninggalkan perkantoran sekitaran lokasi, hingga menjelang maghrib.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled