WWW.SINYALMAGZ.COM – Mark Zuckerberg tengah pusing. Bagaimana tidak, Meta AI miliknya tak kunjung naik dan kalah bersaing dengan banyak AI. Tersebut kabar bahwa bos Meta ini ingin membeli Scale AI.
Scale AI adalah perusahaan teknologi berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, yang didirikan pada tahun 2016. Perusahaan ini berfokus pada penyediaan data berkualitas tinggi untuk melatih dan memvalidasi model kecerdasan buatan (AI), khususnya model bahasa besar (large language models/LLM) dan aplikasi AI lainnya seperti pengenalan gambar, kendaraan otonom, dan robotika.
Scale AI dikenal sebagai penyedia layanan pelabelan data dan evaluasi model yang membantu perusahaan teknologi besar seperti OpenAI, Microsoft, Google, dan Meta dalam mengembangkan AI generatif. Dengan platformnya, Scale AI memungkinkan klien untuk mengelola siklus hidup machine learning secara end-to-end, memastikan data yang digunakan untuk melatih model AI akurat dan efisien. Pada Mei 2024, valuasi Scale AI mencapai 14 miliar dolar (sekitar Rp 226 T) setelah mengumpulkan dana sebesar 1 miliar dolar dari investor seperti Amazon dan Meta.
PEMAIN KUNCI
Scale AI tak lepas dari peran Alexandr Wang. Ia bersama Lucy Guo mendirikan Scale AI melalui program akselerator Y Combinator pada tahun 2016. Alexandr Wang, yang kini berusia 28 tahun, adalah CEO perusahaan dan dikenal sebagai salah satu miliarder termuda di dunia menurut Forbes.
Wang, anak dari fisikawan yang bekerja pada proyek militer AS, menunjukkan bakat luar biasa di bidang matematika dan coding sejak kecil. Ia pernah bekerja sebagai insinyur di Silicon Valley pada usia 17 tahun dan memutuskan untuk keluar dari MIT pada usia 19 tahun untuk mendirikan Scale AI.
Wang melihat peluang besar dalam menyediakan data berkualitas tinggi untuk melatih model AI, yang menjadi salah satu hambatan utama dalam pengembangan AI saat itu.
Scale AI, di bawah kepemimpinan Alexandr Wang, telah menjadi pemain kunci dalam ekosistem AI dengan menyediakan data berkualitas tinggi untuk melatih model-model canggih.
ALASAN MEMBELI
Setelah sebelumnya menginjeksi Scale AI, Meta tampaknya terbuai ingin mengambil saham dalam jumlah besar. Per 10 Juni 2025 silam Zuckerberg setuju untuk mengakuisisi 49% saham Scale AI seharga 14,8 miliar dolar, menjadikannya salah satu investasi terbesar Meta sejak akuisisi WhatsApp pada tahun 2014.
Selain itu, Alexandr Wang akan memimpin laboratorium “superintelligence” baru di Meta untuk mengejar pengembangan kecerdasan buatan umum (AGI) dan superinteligensi, yaitu AI yang melebihi kemampuan kognitif manusia.
Setidaknya ada lima alasan utama mengapa Meta mengincar Scale AI. Di antaranya kebutuhan akan data berkualitas untuk AI. Scale AI adalah pemimpin dalam menyediakan data berlabel yang sangat penting untuk melatih model AI seperti Llama milik Meta. Meta, sebagai salah satu pelanggan terbesar Scale AI, ingin memperkuat rantai pasok datanya untuk meningkatkan performa model AI-nya. Dengan mengakuisisi saham besar, Meta memastikan akses eksklusif ke layanan data Scale AI.
Alasan kedua karena kekecewaan terhadap performa AI Meta. Mark Zuckerberg frustrasi dengan kemajuan AI Meta, terutama setelah peluncuran model Llama 4 yang menerima tanggapan “mixed to negative” dari komunitas AI. Model unggulan Meta, “Behemoth,” juga tertunda karena masalah performa, membuat Meta tertinggal dari pesaing seperti OpenAI, Google, dan Anthropic. Dengan menggandeng Wang dan timnya, Meta berharap untuk menyuntikkan kepemimpinan baru dan keahlian teknis guna mengejar ketertinggalan ini.
Alasan ketiga adalah sebagai strategi menghindari skrutin antitrust. Meta sedang menghadapi gugatan antitrust terkait akuisisi Instagram dan WhatsApp. Dengan membeli 49% saham Scale AI alih-alih akuisisi penuh, Meta berusaha menghindari pengawasan lebih lanjut dari regulator seperti Federal Trade Commission (FTC). Struktur kesepakatan ini memungkinkan Meta untuk mendapatkan manfaat strategis tanpa kepemilikan penuh, serupa dengan pendekatan Google dan Microsoft terhadap startup AI lain.
Faktor keempat oleh sebab kepemimpinan Alexandr Wang. Wang dikenal sebagai pemimpin ambisius yang memahami kompleksitas teknis AI dan cara membangun bisnis yang skalabel. Reputasinya sebagai “wartime CEO” dan koneksi luasnya di Silicon Valley membuatnya menjadi aset berharga untuk memimpin inisiatif superinteligensi Meta. Zuckerberg secara pribadi merekrut Wang untuk memimpin tim AI baru, menunjukkan kepercayaan besar terhadap visinya.
Terakhir lantaran persaingan global dalam perlombaan AI. Dengan perkiraan pengeluaran Big Tech untuk AI mencapai $320 miliar pada tahun 2025, Meta berada dalam tekanan untuk tetap kompetitif. Investasi di Scale AI adalah langkah strategis untuk memperkuat posisi Meta dalam perlombaan menuju AGI, terutama melawan pesaing seperti OpenAI (didukung Microsoft), Anthropic (didukung Amazon dan Google), dan DeepSeek dari Tiongkok.(*)
BACA JUGA: Meta Kasak-kusuk Bikin Chip AI Training Sendiri