Smartfren Raih Laba dan Akan Beli Moratel

WWW.SINYALMAGZ.COM – Smartfren Telecom, operator seluler milik kelompok Sinar Mas, akan berupaya menambah kepemilikannya di Moratelindo (PT Mora Telematika Indonesia) yang belum lama ini melakukan IPO (initial public offering – penawaran saham kepada publik). Saham Smartfren sebelum Moratel IPO sebesar 20,5%, namun IPO membuat sahamnya terdilusi menjadi 18,32%.

Menurut Direktur Keuangan Smartfren Telecom Antony Susilo, prospek Moratel yang memiliki jaringan serat optik sepanjang sekitar 50.000 kilometer itu bagus. “Kami selalu ingin menambah saham di Moratel karena perusahaan ini baik, sehat dan potensial,” katanya.

Di sisi lain bagi operator seluler, kepemilikan jaringan serat optik penting untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan, terutama ketika operator harus memulai layanan 5G. Fiberisasi, melakukan penggantian atau penambahan jaringan dari radio ke fiber optik, sudah dilakukan hampir semua operator. Dampaknya bisa mengurangi jumlah menara BTS yang mereka sewa.

Dalam paparan publik yang diselenggarakan Smartfren mengenai pencapaian hingga September 2022  terungkap, sepanjang 9 bulan pertama 2022, pendapatan usaha operator itu meningkat dengan 8,44%, dari Rp 7,64 triliun menjadi Rp 8,28 triliun. Labanya – untuk pertama kalinya – naik menjadi Rp 1,64 triliun, dari semula rugi pada periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 441,7 miliar.

Laba bersih ini jauh melampaui capaian pada semester 1/2022 sebesar Rp 54,6 miliar. Melesat 2.908 persen secara triwulan ke triwulan.

Naik 200%

Menurut Dirut Smartfren, Merza Fachys, biaya modal (capex – capital expenditure) perusahaannya tahun 2022 akan sekitar 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,14 triliun. Jumlah yang sudah direalisasikan untuk pembangunan sebesar Rp 2,03 triliun hingga  akhir September lalu.

Prestasi ini membuat Smartfren menjadi incaran investor asing yang melihat prospek anak perusahaan Sinar Mas ini sangat bagus. Bahkan Alibaba, Juli tahun ini membeli saham Smartfren sebesar 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,51 triliun.

Menurut Merza, pembelian saham ini tidak berpengaruh ke komposisi pemegang saham, karena raksasa teknologi dari Tiongkok ini membeli saham dari pasar, dari sebagian (5%) saham milik DSSA (Dian Swastika Sentosa). Saham yang dialihkan ke Alibaba sejumlah 19,6 miliar lembar seharga Rp 1,51 trilun atau Rp 77 per lembar saham.

Dengan transaksi ini, jumlah saham DSSA berkurang dari 23% menjadi 17%. Usai terjadi jual-beli, nilai saham Smartfren tiba-tiba naik menjadi Rp 87 per lembar saham, tak sampai seminggu kemudian naik lagi menjadi Rp 99 per lembar saham.

Smarfren merupakan operator terkecil dari empat operator seluler di Indonesia, jauh lebih kecil dari Telkomsel yang punya 177 juta pelanggan, IOH (Indosat Ooredoo Hutchison) yang punya 98 juta pelanggan dan XL Axiata dengan 57 juta pelanggan. Kendati demikian, kenaikan jumlah pelanggan Smartfren menjadi yang tertinggi di industri, ketika rata-rata kenaikan hanya sekitar 2% sampai 5%, jumlah pelanggan Smartfren naik hampir 200% dalam 1,5 tahun.

Pelanggan mereka baru 12 juta pada 2021, pada triwulan 3 tahun 2022 sudah melesat menjadi 32 juta. “Ini antara lain karena Smartfren menyediakan kuota internet unlimited, yang tidak ada di operator lainnya,” kata Merza Fachys. (*)

 

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled