Kisah Suku Korowai di Papua: Ketika Kanibalisme Dianggap Sebagai Sistem Keadilan

SINYALMAGZ.com – Sebagai negara Pancasila, Indonesia dianugerahi berbagai bahasa, budaya, sumber daya alam, dan bermacam-macam suku. Dari Sabang sampai Merauke, hidup berbagai macam suku yang dirajut dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dan salah satu dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia adalah Suku Korowai.

Dikutip dari en.goodtimes.my via Intisari, Rabu (13/3/2019), Suku Korowai tinggal di pedalaman Papua Barat, Indonesia, yang berbatasan dengan Papua Nugini. Diperkirakan, anggota Suku Korowai sebanyak 3.000 orang.

Suku Korowai mempercayai bahwa mereka adalah satu-satunya manusia di bumi. Setidaknya, sampai tahun 1974 saat sekelompok ilmuwan secara tidak sengaja menemukan keberadaan mereka.

Kelompok yang dipimpin oleh antropolog Peter Van Arsdale, ahli geografi Robert Mitton, dan pengembang komunitas Mark Grundhoefer, akhirnya memutuskan untuk mempelajari kehidupan penduduk Suku Korowai.

Peter terkejut ketika mengetahui Suku Korowai masih mempraktekan kanibalisme.

Lantas pada Mei 2006, jurnalis Paul Raffaele, memimpin kru untuk membuat film dokumenter tentang Suku Korowai yang masih memakan daging manusia (kanibal).

Raffaele menulis dalam artikelnya :

“Kanibalisme dipraktekkan di antara manusia pra-sejarah, dan itu bertahan hingga abad ke-19 di beberapa kebudayaan Pasifik Selatan yang terisolasi, terutama di Fiji. Tapi hari ini, Korowai adalah satu dari sedikit suku yang diyakini memakan daging manusia.”

Suku Korowai, tinggal di pedalaman Papua Barat, Indonesia.

Dia melanjutkan dengan detail tulisannya :

“Mereka tinggal sekitar 100 mil dari Laut Arafura, di mana Michael Rockefeller, putra gubernur New York, Nelson Rockefeller, menghilang pada 1961 saat mengumpulkan artefak dari suku Papua lainnya. Tubuhnya tidak pernah ditemukan.”

Raffaele mengatakan, Suku Korowai sengaja mempraktekan kanibalisme karena menganggap ada seorang Khakhua (penyihir) yang menyamar menjadi seorang lelaki anggota suku mereka.

Khakhua sendiri dianggap sebagai penyebar berbagai macam penyakit ke etnis mereka.

“Seperti yang ditulis van Enk, Korowai sering terkena beberapa wabah penyakit, termasuk malaria, tuberkulosis, elephantiasis, dan anemia, dan apa yang dia sebut ‘kompleks Khakhua’. Korowai tidak memiliki pengetahuan tentang kuman mematikan yang menduduki hutan mereka, dan begitu percaya bahwa kematian misterius disebabkan oleh Khakhua, atau penyihir yang menyerupai bentuk laki-laki.”

 

Halaman selanjutnya:

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled