Trio Jerman, Dibalik Dubsmah

sinyal.co.id

Inilah founder dari aplikasi Dubsmash.

Inilah founder dari aplikasi Dubsmash.

Jonas Druppel, Roland Grenke, dan Daniel Taschik ketiganya merupakan founder Dubsmash, aplikasi Lipsync atau Dubbing pertama yang hadir dengan keunikan fiturnya. Ketiganya tak pernah menyangka akan memiliki startup sebesar ini. Mau tau sepak terjangnya? Sila ikuti riwayat singkat ketiganya.

Jonas Druppel, memiliki latar belakang sebagai seorang bisnis managemen. Dia juga pernah tercatat sebagai salah satu anggota startup Wimdu dan berposisi sebagai Business Development selama 10 bulan.

Sedangkan Roland Grenke, dia juga seorang pria yang berlatar belakang bisnis management. Sama-sama berstatus sebagai mahasiswa di universitas WHU-Otto Belsheim School of Management bersama dengan Jonas Druppel di tahun 2009 hingga 2012. Dia juga sempat mengikuti pendidikan singkat untuk kelas entrepreneurship di Boston College pada tahun 2011.

Terakhir adalah Daniel Taschik, satu-satunya pria yang berlatar belakang sebagai seorang Software Engineering. Dia menyelesaikan gelar sarjana dan juga masternya sebagai seorang ahli pembuatann software di Hasso Plattner Institute. Selama karirnya, dia sempat berkolaborasi Bjorn Wagner, yang saat ini dikenal sebagai CEO dari startup Luvago dalam proyek AnalyticsDB di tahun 2011. Tapi sebelumnya, di tahun 2009, dia juga bekerja sebagai seorang Infrastructure Engineer di SIGNAVIO.

Lantas, bagaimana mereka bisa bersatu? Meski Roland Grenke, dan Jonas Druppel memiliki almamater kampus yang sama, tapi keduanya tak seakrab seperti saat ini. Ketiganya dipertemukan dalam ajang kontes Hackathon yang diselenggarakan di Berlin, Jerman pada tahun 2012.

Dari ajang tersebut, mereka dipersatukan dari individu menjadi sebuah tim. Saat itu, mereka belum memikirkan tentang keinginan untuk menghadirkan sebuah aplikasi Lipsync yang unik seperti Dubsmash yang mereka miliki saat ini. Hingga pada akhirnya, di tahun 2013, mereka bertiga membangun sebuah perusahaan bernama Mobile Motion GmbH.

Siapa sangka sekarang Dubsmash menjadi aplikasi besar yang sangat dikenal dan juga digemari. Bahkan mereka sendiri pun tidak menyangka hal itu. Setelah membangun sebuah perusahaan bernama Mobile Motion GmbH, mereka bertiga justru memilih untuk menelurkan sebuah aplikasi yang memungkinkan semua penggunanya dapat membuat serta menciptakan video clip sendiri.

Aplikasi itu diberi nama Starlize, tapi siapa sangka jika Starlize gagal menancapkan taringnya sebagai aplikasi yang populer dan digemari. Meskipun konsep dan juga fitur aplikasi ini sangatlah bagus, tapi nyatanya tak banyak orang yang mau menerima keberadaan dari aplikasi ini, terutama para pengguna iOS.

Dari kegagalan itu, baik Jonas, Grenke, dan juga Daniel mulai mengembangkan riset lanjutan tentang apa yang diinginkan setiap orang. Mereka pun belajar untuk memahami bahwa saat ini, orang-orang ternyata lebih senang berbagi video melalui cara yang lebih pribadi. Atau malah lebih terbiasa untuk berkirim video sebagai bagian dari percakapan. Selain itu, proses pembuatan video pun harus dibuat semudah dan secepat mungkin, dengan sedikit klik dan durasi video yang lebih pendek.

Jonas dan kedua temannya pun membuat penyederhanaan terhadap Starlize. Dengan berbagai hasil riset yang mereka lakukan lahirlah Dubsmash yang ternyata lebih banyak diminati. Hal ini dikarenakan selain keunikannya, aplikasi model sederhana dari Starlize milik mereka ini memiliki model pengoperasian yang gampang.

Pada awal fase purwarupa Dubsmash di bulan Oktober, mereka sudah mendapat umpan balik yang sangat positif. Mereka mengujinya pada teman-teman dan juga keluarga terdekat. Dengan  umpan balik plus dan minus, lalu kemudian pergi ke tempat pertemuan para pengembang di Berlin. Selanjutnya, mereka menciptakan beberapa tahapan pembangunan dalam periode waktu yang cukup singkat untuk memperbaiki semua kesalahan mereka di tahap awal.

Indikatornya, seminggu setelah resmi dirilis di toko aplikasi pada 19 November 2014, Dubsmash langsung menjadi aplikasi iOS nomor satu di Jerman. Kesuksesan itu terus menular di negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Setelah sukses di iOS, tim Dubsmash pun membuat versi Android-nya. Kepopuleran Dubsmash yang semakin mewabah di pertengahan tahun 2015 ini juga didorong oleh selebriti-selebriti Hollywood yang memakainya, dan kemudian turut menyebarkannya melalui akun media sosial mereka.

Sebut saja beberapa artis papan atas hollywood seperti Kate Upton, Khloe Kardashian, Hugh Jackman, Adam Levine, Ashley Benson, dan masih banyak lagi. Mereka saling bergantian menggunakan Dubsmash untuk mengunggah video hasil dubbing mereka dengan klip audio terkenal dari berbagai sumber (film, lagu, iklan, dsb).

Pun demikian dengan di Indonesia, Dubsmash juga populer berkat postingan-postingan selebriti di Instagram. Seakan tak ingin kalah atau ikutan latah seperti artis di negara lain, artis tanah air juga kerap membagi video lucu dari Dubsmash. Antara lain Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Chika Jessica, Jordi Onsu, Luna Maya, dan Ayu Dewi.

Dubsmash memang tidak memiliki jejaring sosial sendiri. Video kreasinya baru bisa dibagi melalui WhatsApp, Facebook, Instagram, atau melalui pesan teks. Personalisasi agar “lebih Indonesia” pun bisa dilakukan, karena Dubsmash menambahkan fitur Soundboard di aplikasinya. Lewat fitur itu, orang bisa meng-upload rekaman suara apa saja, dan orang lain bisa mengikutinya (Subscribe). Tak ayal, pengguna Indonesia yang kreatif pun meng-upload suara-suara aneh dan lucu, mulai dari suara kentut, kekehan kuntilanak saat ketawa, suara nenek lampir, petikan dialog sinetron yang lebay, hingga dialog film-film jadul seperti film yang dibintangi Rhoma Irama dan sebagainya.

Rahasia sukses Dubsmash ini adalah para pembuatnya sangat fokus kepada konten dan kepuasan pengguna. Bagi mereka monetisasi adalah hal kesekian yang tak harus diprioritaskan. Pelajaran lain yang mereka peroleh dari kegagalan Starlize ini yakni pembuatan video harus super mudah, praktis dan cepat, hingga akhirnya munculah Dubsmash ini.

Sampai saat ini, mereka belum mau melahirkan aplikasi-aplikasi terkait lainnya. Harapannya perusahaan benar-benar fokus dan setia pada satu aplikasi. Karena masih banyak kesempatan untuk monetisasi layanan dari aplikasi ini. Fokus 100 persen ke pengguna menjadi alasan mereka saat ini. Bahkan, ada sebuah rencana dari trio ini untuk menjadikan Dubsmash sebagal alat untuk membuat iklan.

Tujuh hari setelah resmi meluncurkan Dubsmash pada 19 November 2014, aplikasi buatan Jonas Druppel, Roland Grenke, dan Daniel Taschik telah mencapai nomor satu di negara asalnya Jerman. Sebuah keberhasilan yang luar biasa dari startup yang terbilang masih ‘belia ini’. Tak hanya itu, kesuksesan Dubmash kemudian terulang di 29 negara lainnya termasuk Inggris, Perancis, dan Belanda serta Indonesia.

Dubsmash mendapat pendanaan senilai 5,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 77,3 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Index Ventures bersama beberapa investor lainnya. Bahkan, saking diterimanya aplikasi ini di dunia, mereka tak perlu lagi merepotkan diri untuk melakukan perjanjian khusus dengan artis-artis yang turut mendongkrak popularitas platform-nya. Ke depannya para pengembang Dubmash ini akan terus menambah fitur-fitur baru yang inovatif, dengan tujuan memberikan sensasi yang lebih kepada para penggunanya.

Imam

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled