Prediksi Telko 2019: Bisa-bisa Gagal Periode Kedua

AWAN mendung tebal tampaknya masih akan menggelantung di industri telekomunikasi Tanah Air, bahkan belum akan cerah hingga beberapa tahun ke depan. Apa yang sudah dicapai tahun 2017 belum akan terulang hingga dua tahun ke depan, karena masa suram yang masih akan berkelanjutan.

Laporan keuangan para operator telko papan atas yang masih belum pulih, yang sebagian memburuk, memberi indikasi bahwa saham telko belum menjadi sasaran investor yang ingin mendapat dividen. Walaupun saham PT Telkom masih masuk golongan blue chip meski pendapatannya hingga akhir triwulan ketiga menurun dibanding saat sama tahun 2017.

Menurunnya pendapatan dan laba operator masih akibat program registrasi yang berakhir Mei lalu, yang secara umum menurunkan jumlah pelanggan mereka. Penurunan jumlah pelanggan paling parah diderita PT Indosat Ooredoo, dari 115 juta akhir 2017, menurun dan pada Desember lalu tinggal 64,1 juta.

Sementara itu penggelaran layanan generasi keempat (4G LTE), gagal mendongkrak pendapatan operator karena beban layanan teknologi generasi kedua (2G) yang boros frekuensi. Masalahnya, 40 persen sampai 60 persen pelanggan semua operator adalah pelanggan 2G.

Beberapa negara tetangga bukan hanya mengurangi jumlah pelanggan 2G, Singapura malah sudah menutup layanan boros ini. Yang disebut 2G adalah layanan yang hanya mengandalkan suara dan pesan singkat (SMS) dengan ponsel fitur kelas bawah. Walau nyatanya pengguna ponsel pintar pun masih juga memanfaatkan suara dan SMS.

Ponsel 2G tidak bisa mengakses data seperti halnya ponsel pintar untuk media sosial, video, YouTube dan sebagainya. Bukan hanya karena penggunanya berada di daerah pinggiran, namun tidak semua BTS (base transceiver station) yang tersedia di daerah masih BTS 2G, belum 4G, bahkan belum 3G.

Upaya operator menggenjot pendapatan dengan menggelar layanan 4G masih terkendala daya beli masyarakat, yang pengeluarannya untuk pos telekomunikasi belum sampai di atas Rp 50 ribu per bulan. Pengeluaran sebesar itu pun belum menguntungkan operator yang harus menjual murah paket datanya akibat persaingan konyol.

Bagaimana dengan laba?

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled