Program XLFL Stop Setelah 10 Tahun

Program XL Axiata Future Leaders (XLFL) ditutup saat berjalan 10 tahun dan menelurkan 1.500 mahasiswa calon pemimpin masa depan dari 174.000 mahasiswa yang mendaftar dari 92 kampus. Selama itu dilahirkan sekitar 75 social innovation project yang diprakarsai penerima manfaat berdasarkan permasalahan sosial dari waktu ke waktu.

Mereka menggelar konferensi nasional XLFL 2023 sekaligus mewisuda 190 mahasiswaawarde angkatan 10 yang dididik selama dua tahun penuh, di Jakarta, Minggu (10/12).

Lulusan angkatan 10 XLFL berasal dari berbagai kampus yang berada di 6 provinsi, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Gadjah Mada (UGM). XL Axiata juga membimbing, memfasilitasi pelatihan pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) sejak 2019 yang jadi syarat kelulusan program XLFL.

Prosesi wisuda dilakukan Chief Corporate Affairs XL Axiata, Marwan O. Baasir, dihadiri Chief Enterprise Business Officer XL Axiata, Feby Sallyanto. Juga GH Corporate Communication XL Axiata, Reza Mirza, dan Founder & Chairman, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal.

Pada acara itu awardees mempresentasikan solusi digital berbasis paduan antara artificial intelligence (AI) dan IoT yang dipersiapkan sebagai use case di era 5G dan jadi syarat kelulusan.

XLFL berhasil mengajar 1.500 mahasiswa para calon pemimpin masa depan Indonesia dari 174.000 mahasiswa yang mendaftar dari 92 kampus. Berbekal keahlian soft skill, para alumni berkiprah di lembaga negara dan pemerintah, swasta, NGO, hingga sebagai wirausahawan yang membuka lapangan kerja.

Program 10 tahun XLFL tahun ini berakhir, namun komitmen XL Axiata mendukung dunia pendidikan terus berlanjut. “XL Axiata akan lebih fokus pada program pemberdayaan perempuan, Sisternet,” tutur Presdir & CEO XL Axiata, Dian Siswarini.

Monetisasi

Pembuatan proyek berbasis AI dan IoT jadi tugas XLFL awardee sebagai bentuk respon dari masifnya kemajuan teknologi. Ini membentuk kemampuan awardee menyistematisasi penyelesaian masalah manusia ke dalam bentuk model implementasi komputer yang menerapkan pengambilan keputusan berbasis data tanpa intervensi manusia.

Sebanyak 16 proyek berbasis IoT dikembangkan para awardee sebagai syarat kelulusan. Ada hydrophonix yang mengangkat teknologi monitor kondisi temperatur, level PH –  keasaman, hingga sinar matahari yang dilengkapi otomasi pemberian nutrisi.

Ada X-maggot, membantu petani black soldier fly  mengontrol kondisi maggot, selain Temptrax, solusi temperatur komoditas yang diantar menggunakan jaringan pemasok bersuhu dingin.

Karya yang diproduksi dan dikembangkan berdasarkan riset pasar yang dilakukan selama beberapa bulan. Lab IoT milik XL Axiata, Xcamp, lewat program AI Maker Development Program, memperkenalkan IoT dan AI, business model development, hingga pembangunan prototip produk.

Belasan proyek fokus menjawab kebutuhan digitalisasi pada 6 sektor, agrikultur, kota pintar, manufaktur, pertanian dan perikanan, utilitas dan energi, dan kesehatan. Penetrasi digitalisasi yang belum maksimal membuka peluang penciptaan produk otomasi, memudahkan proses kerja dan potensi bisnis yang besar. Keenamnya berpeluang besar menyerap adaptasi teknologi AI dan IoT.

Penilaian juri menghasilkan lima proyek terbaik dari 5 kategori, yaitu Most Profitable, Most Innovation Collaboration, Most Outstanding, Most Nice Try, dan Most Fast Track. Seluruh produk IoT buatan mahasiswa dinilai berdasarkan tingkat inovasi dan tingkat profitabilitas, dan pemenang inovasi terbaik mendapat hadiah dana.

XL Axiata membuka kesempatan bagi 5 proyek terbaik untuk menjadi partner bisnis XL Axiata dalam pengembangan produk IoT sebagai pemenuhan kebutuhan pasar. Terbuka kemungkinan pengembangan berbagai ide lewat XCamp untuk memenuhi kebutuhan pasar dari berbagai sektor bisnis yang akan dimonetisasi tim Business Solutions XL Axiata.  (*)

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled