Target e-Commerce Rp1.700 Triliun Terlalu Besar

sinyal.co.id

KERAGUAN atas target valuasi e-commerce pada tahun 2020 sebesar 130 miliar dollar AS (Rp1.700 tiriliun) mulai merebak, alasannya, terlalu besar. Lompatan yang setiap tahun sekitar 45 persen dianggap amat ambisius, apalagi saat ini perputaran bisnis dari itu hanya sekitaran Jabodetabek (55 persen) dan pulau Jawa sisanya sebesar 45 persen.

Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) memproyeksikan valuasi bisnis daring tumbuh pesat, dari 2015 yang 18 miliar dollar AS menjadi 30 miliar dollar AS tahun ini. Kenaikan yang 66 persen itu memang diprediksi akan menurun dengan rata-rata 45 persen setiap tahun hingga tahun 2020, saat valuasi e-commerce diperkirakan menjadi 130 miliar dollas AS.

Hasil sebagian survei negatif didasari sifat orang cenderung merasakan dan menyentuh barang yang akan dibeli, terutama yang nilainya relatif tinggi. Sementara sisi distribusi juga menjadi kendala akibat jaringan distribusi para pelaku barang hantaran belum sampai ke pelosok Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan 770 bahasa yang berbeda.

e-commerceInternational Data Corporation (IDC) seperti dikutip media belum lama ini merilis data-data yang mereka dapat dari pasar yang menyatakan, kegiatan perusahaan on-line murni pada tahun 2015 baru mencapai 145 juta dollar AS dan tahun ini diperkirakan menjadi 200 juta dollar AS. Tingkat kepercayaan yang rendah pada pelaku (penjual) daring selain karena penetrasi kartu kredit yang lebih menonjol di kota-kota besar, menjadi masalah tersendatnya pertumbuhan e-commerce.

Namun menurut perusahaan logistik DHL, peluang bisnis daring di Indonesia akan menjadi yang terbesar di ASEAN sejalan dengan pertumbuhan pengguna internet. Potensi bisnis e-commerce di kawasan Asia Pasifik menjadi yang terbesar di dunia, yang dipimpin Tiongkok, India dan Indonesia, apalagi porsi bisnis daring di kawasan itu baru satu persen dari keseluruhan bisnis.

Dari bisnis e-commerce dunia sebesar 2,17 triliun dollar tahun ini yang meningkat 18,4 persen dari tahun lalu, China memimpin dengan nilai 548 miliar dollar AS. Bisnis daring di dunia akan tumbuh dengan sekitaran 56 persen pada tahun 2020 menjadi 3,39 triliun dollar AS.

Prediksi ini ditunjang antara lain dari meningkatnya pengguna ponsel pintar yang mendukung transaksi daring (on-line) yang setidaknya berbentuk ponsel generasi ketiga (3G). Google menyebutkan, peningkatan penggunaan ponsel pintar naik pesat dari 14 persen pada 2013 menjadi 28 persen tahun berikutnya dan tahun lalu sudah sampai sekitaran 43 persen.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled