XL Axiata Bantu Disabilitas dan UMKM

Perlu ada peningkatan kompetensi di kalangan disabilitas agar kompetitif. Sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa Indonesia butuh 600.000 talenta digital setiap tahun hingga tahun 2035, XL Axiata rutin menggelar aksi sosial untuk mendukung pemberdayaan disabilitas di Indonesia.

 

Selain itu Bikers of XL Axiata dan MTXL (Majelis Ta’lim XL) menyerahkan donasi fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar di SLB C Yayasan Karya Bakti, hingga kegiatan mengajar di SLB C Nusantara Kita, Garut. Rombongan karyawan XL Axiata yang dipimpin Chief Human Capital Officer XL Axiata, Hira Kurnia itu juga menyantuni komunitas tunawisma dan kaum duafa di sekitar Masjid Raudhatul Faizin, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.

 

Aksi sosial di Garut menyasar komunitas penyandang disabilitas, menyalurkan donasi seperangkat router GDK (gerakan donasi kuota) dan paket data sebesar 20GB selama periode satu tahun kepada kedua SLB. Diharapkan, donasi router dan akses internet bisa meningkatkan literasi digital para siswa dan guru.

 

Beberapa karyawan XL Axiata mengajari bagaimana memanfaatkan teknologi digital untuk melatih dan mempertajam kreatifvitas seni dan pengenalan tentang IoT (Internet of Things) dalam kehidupan sehari-hari. Materi diajarkan untuk memicu antusiasme penyandang disabilitas mempelajari literasi digital lebih tajam.

 

Donasi kuota data dan router dari program GDK diberikan kepada 27 pondok pesantren (ponpes) dan yayasan pembinaan penyandang disabilitas di Indonesia. Selain di Garut, beberapa yayasan pembinaan disabilitas turut menerima manfaat, Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Padang, Pesantren Inklusi Griya Sunnah – Bogor, Pesantren Tunarungu Darul Ashom – Sleman, dan Ponpes ABK (anak berkebutuhan khusus) KH. A Dahlan – Banyuwangi.

 

Donasi GDK juga salurkan kepada Ponpes Imam Ibnu Katsir – Pekanbaru, Ponpes Muflihatul Aliyah Kabupaten Lebak Banten, Ponpes An-Nidhom – Cirebon, Ponpes Annuqayah – Kabupaten Sumenep Madura, Ponpes Gratis Al Insaniyah – Surabaya, Ponpes Dar Ali Al Banjary – Banjarmasin, Ponpes MDIA Bontoala – Makassar, dan Ponpes Darul Istiqomah – Manado.

 

Program-program pemberdayaan penyandang disabilitas dari karyawan sejalan komitmen perusahaan memberikan dampak positif bagi masyarakat mendukung percepatan pembangunan di Indonesia. ”XL Axiata komit mengatasi berbagai masalah sosial yang penting dan berkontribusi pada kesejahteraan keseluruhan masyarakat Indonesia,” ujar Hira.

 

Modal usaha

 

Program donasi bagi disabilitas hingga ponpes ini akan dilaksanakan secara bertahap di berbagai provinsi, seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Lalu Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, hingga Sulawesi Utara. Perusahaan akan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi lokal, instansi pemerintah, dan tokoh masyarakat untuk memastikan implementasi dan distribusi sumber daya yang efektif.

 

XL Axiata juga mendukung pemberdayaan perempuan melalui program Sisternet dan pesantren digital di sejumlah daerah, bekerja sama dengan sejumlah mitra. Seperti Huawei, PT. Tower Bersama, PT. Solusindo Kreasi Pratama, PT. Era Bangun Telecomindo, Fiberhome, Mitratel, Alita, Dentsu International Indonesia, PT. Pura Barutama serta Yayasan Benihbaik, Komunitas Bloggercrony Indonesia, Peak Performance Indonesia, Resellerun, Amangtiwi Malang, dan Mom Digipreneur. Pemberdayaan dilakukan melalui sejumlah pelatihan yang mampu mendorong pemanfaatan modal secara efektif bagi UMKM Perempuan hingga disabilitas.

 

Program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan para pelaku UMKM perempuan dalam literasi keuangan, literasi digital, dan kewirausahaan di daerah-daerah. Diharapkan usaha mereka makin maju dan berkembang, yang selain menopang ekonomi keluarga, juga menguatkan ekonomi daerah. “Sudah terbukti UMKM yang kuat dalam kinerja mampu menopang perekonomian di saat krisis,” kata Chief Corporate Affairs XL Axiata, Marwan O. Baasir.

 

Banyak sektor usaha yang dirintis dan dikelola perempuan di berbagai daerah kemampuan manajemen bisnis mereka masih apa adanya, dengan tingkat literasi keuangan dan digital yang sekadarnya. “XL Axiata berpandangan, pelaku UMKM perempuan perlu mendapatkan pendampingan,” katanya.

 

Para peserta bisa mendaftar melalui aplikasi Sisternet, yang berhasil lolos kemudian akan mengikuti pelatihan offline selama 3 hari. Mereka mendapat softcopy modul pembelajaran, tugas harian, pre-test, post-test, pendampingan, hingga kelas lanjutan.

 

Sesi pendampingan atau monitoring akan dilaksanakan selama tiga bulan, peserta berkesempatan berkonsultasi secara individual dengan para mentor dan sesi lanjutan yang akan disesuaikan dengan evaluasi kebutuhan peserta. Mentor juga akan mengevaluasi bisnis para peserta dengan merujuk informasi pertumbuhan usaha dan implementasi pengelolaan usaha yang tepat serta memantau pemanfaatan modal usaha.

 

Peserta yang terpilih mengikuti rangkaian program yang akan mendapat modal usaha senilai total Rp 150 juta diharapkan memiliki kemampuan mengelola dan mengevaluasi keuangan usahanya. Peserta dapat mengembangkan produk secara efektif dan mampu memasarkan produk, menjangkau lebih banyak pembeli, sehingga terjadi transformasi digital bagi usaha mereka. (*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled