Telkom RUPSLB, Rapat Usai Permasalahan Selesai Lebih Baik?

Oleh: Garuda Sugardo, IPU (mantan BOD 3 operator, alumni Telkom)

Yang ditunggu sudah datang, dan yang datang sudah ditunggu. Begitulah, RUPSLB Telkom Tbk yang berlangsung pada Selasa, tanggal 16 September 2025 kemarin sore. Gelaran yang sedianya dimulai pukul 11.00 wib, diundur sampai dengan bada Ashar dan selesai sebelum waktu Maghrib.

Rapat dengan agenda tunggal perubahan pengurus, berlangsung taktis dan telah menetapkan komposisi 9 orang menduduki posisi eksekutif direksi dan 8 orang Dewan Komisaris perseroan

Bukan Danantara namanya, kalau tanpa kejutan dan aneka selera warna warni. Racikan antara kriteria kompetensi, dan kompromi, akhirnya menempatkan dua pejabat baru, pendatang non-Telkom, di jajaran BOD.

Daftar susunan pengurus Telkom yang baru, sudah banyak beredar di media dan pelbagai WAG.

Kita boleh mengatakan, bahwa otoritas Danantara dalam RUPSLB ini cukup jeli menerjemahkan permasalahan yang dihadapi Telkom. Hal ini tercermin pada restrukturisasi posisi BOD, sesuai kebutuhan dan dinamika perseroan.

Willy Saelan praktisi HR ex Unilever on board sebagai pengganti DirHCM, Henry Christiadi, yang mengundurkan diri pada 5 September yang lalu. Selamat bertugas Willy, semoga diberikan-Nya kemudahan dan kelancaran menjalankan amanah.

Yang kedua adalah Andy Kelana, ex pengacara masuk sebagai Direktur Legal and Compliance. Posisi wakil dirut ditiadakan, dan konsekuensinya Mohammad Awaluddin harus meninggalkan posisi wadirut yang baru 112 hari diembannya.

Di jajaran komisaris, Ismail digantikan oleh Ira Noviarti eks Dirut Unilever. Posisi Ismail sejak menjabat sebagai Dirjen SDPPI Kominfo, kedudukannya sebagai komisaris Telkom memang sempat mengundang polemik etik dan dianggap konflik kepentingan.

Maklumlah, akal sehatnya, ia adalah dirjen (dan kemudian sekjen Komdigi) yang harus “netral” menjalankan kebijakan atas semua operator. Sejatinya -nurani rakyat bersuara- ia adalah “komisaris independen” dan pengayom regulasi bagi semua telco.

Yang paling disorot insan Telkom, tentulah sosok dan kiprah Willy Saelan, DirHCM yang baru. Ia adalah DirHCM Telkom ketiga yang non-Telkom. Yang pertama adalah Kolonel Dadad Kustiwa dan kedua Kolonel Purwo, sekitar 35 tahun yang lalu.

Dadad yang mendampingi Dirut Cacuk Sudarijanto, adalah legenda dan konseptor pengembangan SDM Telkom era modern.

Ia membangun fondasi pembinaan SDM, budaya perusahaan dan jiwa korsa secara sistematis yang bertumpu pada enterpreneurship dan profesionalisme. Sebagai tentara aktif, saat itu ia tanamkan disiplin ala serdadu secara efektif dan penuh sentuhan. Di masa itu pula, embrioTelkom University dilahirkan.

Pasti dan harus disadari, human capital yang unggul adalah posisi kunci untuk Telkom memenangkan persaingan di blantika digital telco dan sekaligus menyenangkan hati pelanggannya. No way.

Human capital adalah konsep yang memperlakukan karyawan (dan purnabaktiwan) sebagai aset berharga. Sebuah akumulasi dari pengetahuan, keahlian, pengalaman, kreativitas, dan talenta yang dimiliki setiap individu dalam perusahaan.

Mau setiap 100 hari BODnya berganti, bila attitude dan gaya pengelolaan SDMnya ala direktur personalia tempo hari, jangan harap Telkom akan berjaya dalam palagan kompetisi yang sengit dan berkarakter perubahan.

Untuk menguji kiprah Willy, saya nyalakan timer, kita ukur berapa lama ia bisa menyelesaikan masalah kesejahteraan belasan ribu pensiunan Telkom dan sengkarut dalam organisasinya.

Utamanya, karyawan sebagai subyek pelaksana dan calon pemimpin perusahaan masa depan, harus mendukung penuh, namun memantau serius proses kerja DirHCM.

Pola kaderisasi internal, sistem meritokrasi dan carrier planning secara konsisten wajib dihidupkan kembali di Telkom. Cukuplah penantian yang telah bertahun-tahun terabaikan di era BOD sebelum ini, direformasi oleh Willy Saelan.

Targetnya, paling tidak pada periode berikut kelak, BOD Telkom bisa diisi oleh mayoritas senior leader darah biru yang asli dari Telkom. Sekarang hanya ada satu orang, yakni Nanang Hendarno (DirNetwork) yang lahir dari candradimuka penjenjangan dapur karier internal. Dua orang lagi, Honesty dan Faizal dihadirkan dari proses daur ulang, akibat kelangkaan kader penerus di Telkom.

Komunitas alumni Telkom, dengan hormat, menitipkan hal mendasar ini kepada BOD eksisting, lebih khusus pada DirHCM.

Dengan restrukturisasi yang terjadi dan pelaksanaan good corporate governance, jelas BOD memerlukan pendampingan dan pairing dari para komisaris. Kompetensi berkelas seperti mantan komut Tanri Abeng atau Rhenald Kasali di situ, boleh dijadikan referensi pengawasan, kontrol dan supervisi agar saham TLKM kembali menjadi incaran pasar dan bersinar bullish.

Sudah menjadi rahasia umum, seperti diberitakan media, bahwa Telkom Group menyimpan banyak bom waktu, permasalahan hukum warisan era yang lalu. Karenanya, penetapan Andy Kelana sebagai Direktur Legal & Compliance, amat sangat pas dan dibutuhkan untuk bisa menuntaskan pelbagai kasus yang tengah dan akan berproses. Jangan lupa, sekaligus menata Telkom Tbk yang taat azas, bersih, transparan dan profesional ke depan.

Ini Telkom, bung. Perusahaan jasa berbasis digitalisasi yang pada setiap helaan nafas, teknologi dan inovasinya bergerak maju. Kegagalan Telkom mengelola blanja.com, fasilitas video konferensi UMeetMe dan CloudX, misalnya, menyadarkan kita bahwa ada kesenjangan realisasi antara angan-angan dan kenyataan di dalam perusahaan.

Medio November mendatang, ke-IPO-an Telkom akan berusia 30 tahun. Artinya, telah 3 dasawarsa turun naik kinerja bisnis Telkom diukur dari harga sahamnya. Dan dari nilai inilah barometer kapitalisasi perusahaan ditentukan.

Terobosan Danantara mengendorse RUPS Telkom Tbk secara online (walaupun tidak jadi terlaksana) adalah langkah berani dan patut diacungi jempol. Selain praktis, cara ini juga hemat biaya.

Selama pelaksanaannya sesuai dengan aturan dan ketentuan bursa, cara ini bolehlah dilakukan setiap 3 bulan, untuk mengevaluasi performa pengurus perseroan yang tidak perform.

Harus diakui bahwa kurun 112 hari masa kerja BOD Telkom 2025, hasilnya belumlah memenuhi ekspektasi publik, terutama para pemegang saham. Harga saham TLKM masih terhitung rendah, di bawah Rp3.500 per lembar.

Seperti halnya pemerintah menargetkan indeks pertumbuhan ekonomi nasional, nilai saham blue chip TLKM amat menentukan terhadap nilai IHSG.

Sudah waktunya BPI Danantara menargetkan pencapaian harga saham Telkom, periodik atau per tahun. Rasanya dalam 12 bulan ke depan, dengan gercep ekonomi dari Menkeu yang baru, harga saham TLKM Rp5.000 per lembar, optimis bisa tercapai.Semoga.

Selamat bekerja duet Dirut Dian Siswarini dkk dan Komut Angga Raka Prabowo cs. Semoga sehat selalu dan Allah SWT memberikan kemudahan. Aamiin.

Jayalah selalu Telkom Indonesia, telco digital kebanggaan bangsa.

Sukses Telkom adalah sukses Danantara untuk Asta Cita, menuju Indonesia Emas 2045.

Salam Telkom!

BACA JUGA: RUPSLB Telkom 16 September 2025, Lanjutan Bulan Madu yang Berakhir Sendu

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled