Mengeruk Pundi Rupiah di Bisnis Aplikasi

sinyal.co.id

Puja Pramudya, Co Founder & Technology Director Radya Labs.

Puja Pramudya, Co Founder & Technology Director Radya Labs.

Puja Pramudya berkenalan dengan bisnis pengembangan aplikasi, setelah mengikuti lomba Imagine Cup 2010. Lomba yang digagas Microsoft ini merupakan pencarian bakat-bakat teknologi di seluruh dunia. Terutama untuk mencari pengembang aplikasi dan solusi teknologi yang mampu memecahkan masalah publik.

Di bawah payung Radya Labs, Puja Pramudya mengembangkan bisnis pembuatan aplikasi mobile. Aplikasi-aplikasi buatannya, terutama di platform OS Windows Mobile banyak beredar di online store. Klien Radya Labs juga terhitung kawakan, mulai dari Microsoft, Kompas Gramedia, Cipaganti, Indosat, UseeTV, CIMB Niaga, hingga restaurant seafood D’Cost.

Bagaimana Puja Pramudya sukses mengembangkan bisnis aplikasinya? Berikut petikan wawancara SINYAL dengan Puja Pramudya.

Bagaimana awal perkenalan Anda dengan dunia pengembangan aplikasi mobile?

Jadi saya dulunya almamater ITB. Dari tahun ke tahun selalu ada senior yang ikut Imagine Cup. Melihat senior waktu itu ikut dan mengikuti seminar mereka. Akhirnya saya tertarik dan menemukan banyak tantangan di sana. Solusi teknologi yang diciptakan, harus benar-benar menyelesaikan masalah yang nyata. Tertantangnya di situ, ada masalah dan kita ngerti teknologi, nah kita bisa kontribusi di mana.

Apa proyek yang sedang dikerjakan Radya Labs sekarang?

Kita lagi kerjakan solusi teknologi On-Demand. Jadi sebuah solusi bagi perusahaan yang ingin punya sistem seperti Go-Jek misalnya, kita bisa bantu menciptakannya dengan cepat.

Bisa ceritakan lebih spesifik mengenai teknolog On-Demand yang dimaksud?

Salah satu yang kita kerjakan, kita berpartner dengan sebuah perusahaan yang ingin bikin sistem Laundry On-Demand. Jadi kita kerjasama dengan perusahaan itu untuk menyediakan teknologinya. Kira-kira seperti itu. Jadi ke depannya kira-kira saya lihat akan banyak On-Demand di vertical industri yang lain. Yang tadi itu, untuk laundry, ada transportasi, juga untuk edukasi.

Jadi tren pengembangan aplikasi game terbilang mulai menurun begitu kira-kira?

Trennya bukan menurun. Game terus saja, cuma On-Demand ini lagi tren. Kalau dkatakan aplikasi game stagnan, tidak juga. Ini semua diawali kesuksesan Go-Jek dan lain-lain. Kita pun jadi banyak permintaan serupa seperti itu, tapi untuk industri yang lain.

Bagaimana Anda melihat nasionalisasi pada produk teknologi?

Kita melihatnya sebagai kesempatan. Tinggal kita yang harus buat produk yang ok. Saya sih ingin nasionalisasi yang dimaksud itu, jangan gara-gara kita aplikasi lokal lalu orang Indonesia harus pakai. Bukan seperti itu. Kita harus melihat aplikasinya memang bagus, maka dari itu orang pakai. Bukan karena aplikasi lokal, maka orang pakai.

Konsep aplikasi yang ideal itu, apakah aplikasi yang banyak diunduh atau aplikasi yang banyak digunakan?

Itu kalau kita lihat dari mobile panelnya mas, itu satu kesatuan sih. Kalau misalnya diunduh saja tapi tidak dipakai kan sayang. Jadi ada aspek jumlah user acquisition, itu jumlah download. Ada aspek user attention itu untuk mengetahui berapa banyak yang datang lagi pakai aplikasi. Keduanya ini angka yang tiap hari harus dimonitor kalau sudah membuat aplikasi mobile.

Apa punya keinginan untuk membuat aplikasi sosial media lokal?

Sepertinya sosmed sudah keruh (persaingannya) sih. Lalu trennya ke On-Demand, mobile, dan IoT. Jadi ke depannya ini sepertinya IoT yang bakal jadi primadona baru.

Menurut Anda, perkembangan aplikasi Internet of Things (IoT) ini ke depannya akan seperti apa?

Untuk saat ini, IoT masih sekadar demo. Harusnya dalam beberapa tahun ke depan mulai ketemu solusi yang benar-benar dibutuhkan. Kebetulan saya tinggal di salah satu apartemen di Bandung. Sudah mulai ketemu satu masalah.

Masalahnya ada pada meteran listriknya. Itu sering mati. Sayangnya itu meteran tidak pernah kasih notifikasi kalau mau mati. Jadi kalau lagi di Jakarta seperti ini atau keluar rumah jadi geregetan. Ayo dong kasih solusi. Meterannya dikasih sensor, terus sensornya bisa kasih notifikasi ke ponsel.

Hal-hal seperti itulah yang mungkin membuat orang tertarik pada produk-produk IoT. Jadi intinya itu benar-benar real dalam menyelesaikan masalah.

Sampai sejauh mana sih Mas Puja percaya, teknologi bisa mengatasi masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari?

Secara umum teknologi pasti bisa memecahkan masalah. Selama problem itu real dan masih bisa dipecahkan dengan pendekatan teknologi ya. Walau begitu memang ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan teknologi ya.

Bisa ceritakan, awal Anda mendalami bisnis pembuatan aplikasi?

Waktu itu di tahun 2010 aplikasi mobile masih belum booming seperti sekarang. Karena waktu itu penguna smartphone masih belum banyak seperti sekarang. Makanya di awal kita banyak ngerjain aplikasi untuk bisnis atau untuk korporat. Makin ke sini mulai tuh Kami mengerjakan aplikasi-aplikasi untuk consumer.

Lalu kesulitannya dalam mengembangkan bisnis aplikasi?

Kalau kita lihat, konsumen di Indonesia sedikit ragu untuk membayar layanan aplikasi dengan kartu kredit. Makanya kita rubah sistem. Contoh seperti aplikasi buatan Kami, Appsterize. Di sini, pengguna bisa menggunakannya dengan gratis. Tapi yang bayar klien Kami.

Mitosnya, bisnis pengembangan aplikasi itu bukan bisnis padat karya. Apa betul seperti itu?

Tergantung model market yang dimasuki. Kalau bermain di ranah services, artinya mengerjakan proyek untuk orang lain itu sudah pasti padat karya. Semakin banyak proyek yang kita kerjakan otomatis kita makin butuh banyak orang. Beda kalau mengerjakan produk. Jadi fleksibel, ada yang bisa padat karya, ada yang padat teknologi.

Potensi bisnis di bidang aplikasi mobile di Indonesia sendiri menurut mas Puja sebesar apa?

Wah yang pasti besar ya. Hasil survey menunjukkan ada 80-an juta penduduk yang tersentuh internet. Pengguna smartphone ada sekitar 50 juta. Itu akan naik terus. Pada saat penggunanya makin meningkat, tentunya pebisnis aplikasi mobile akan makin mudah me-monetize bisnis mereka.

Strategi Radya Labs sendiri untuk tetap bertahan menjadi market Leader di bisnis ini?

Kita sih lihat pasar, kemudian bikin beberapa aplikasi. Mana yang bekerja itu yang akan kita kerjakan lebih lanjut lagi. Karena kadang-kadang susah juga punya visi besar ke depan terus pas kita ciptakan dari awal langsung jeblok.

Jadi kita bikin beberapa. Kita tes pasarnya. Mana yang mulai ada pelanggan atau revenue maka kita akan lanjutkan proyeknya.

Visi Radya Labs sendiri kalau boleh tahu?

Kalau visi sih, inginnya Radya Labs tidak terlalu besar. Kita inginnya sih keep small tapi kita healthy. Untuk teman-teman yang bekerja di Radya Labs sendiri kita inginnya tetap happy.

Komentar Anda untuk calon-calon Technopreneur Indonesia?

Usahakan untuk memecahkan masalah nyata. Jadi bukan problem yang tidak ada atau problem yang dibuat-buat, terus kita bikin sesuatu dari itu. Jadi pastikan masalahnya ada, lalu kita sediakan teknologinya. Karena kalau masalahnya sudah ada, pasti orang butuh solusi. Tinggal cari market-nya yang mana.

Kalau boleh saran, jangan terlalu mengandalkan modal di awal. Karena kalau kita sendiri tidak mau investasi di perusahaan kita sendiri, masa sih ada orang lain yang mau percaya. Kita sendiri harus berjuang dulu dong untuk perusahaan buatan kita.

Lalu

1 Comment
  1. saya QUOTE tulisan ini bagus sekali “keep small tapi kita healthy. Untuk teman-teman yang bekerja di Radya Labs sendiri kita inginnya tetap happy.”

    benar sekali … kecil gak masalah asalkan suasan kerja baik kita senang dan sehat juga. kereennn …

    terima kasih share tulisannya admin 🙂

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled