Slot Orbit 113 derajat BT, Kebangkitan Kembali Persatelitan Telkom

Ditulis oleh: Garuda Sugardo, IPU (Chief the Mission Peluncuran Satelit Telkom-2/2005, Anggota Wantiknas, dan MKE PII).

 

Hadiah tahun baru 2021 terindah bagi keluarga besar Telkom adalah diterimanya kabar membanggakan dari Kemkominfo tanggal 5 Januari 2021, bahwa PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) memenangkan seleksi sebagai Pengguna Filing Satelit Indonesia di slot orbit 113° BT. Betapa tidak, keberhasilan ini mengingatkan insan Telkom bahwa potensi satelit mereka sejatinya masih eksis dan berjaya.

Bravo dan Selamat untuk Telkomsat!

Proses evaluasi dan seleksi tersebut dilakukan oleh Kemkominfo menyusul kegagalan peluncuran satelit ”Nusantara Dua” milik Konsorsia PT PSN dan Indosat Ooredoo, pada 9 April 2020 di Xichang, China. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih; pada stage ke-3, salah satu roket peluncur satelit tidak menyala sehingga kekurangan daya dorong untuk mencapai orbitnya.

Seleksi dimulai dengan Surat Penawaran Penggunaan Filing Satelit Indonesia, tertanggal 5 Oktober 2020, atau 5 bulan setelah launch failure tersebut. Telkomsat merespon dengan mengirim dokumen pada akhir November 2020 untuk kemudian bersama lima peserta lainnya mengikuti beauty contest yang ketat.

Sebagai kontestan yang dalam evaluasi menerima predikat”the best offering”, Telkomsat  memang layak menerima amanah negara menjadi operator yang akan meluncurkan satelit pengganti Nusantara Dua yang puing-puingnya jatuh di perairan Guam.

Sejarah panjang Telkom sebagai pionir persatelitan Indonesia sejak 1975, nyata telah menorehkan banyak prestasi dalam pengoperasian komunikasi satelit. Reputasi ini akan diuji lagi pada proyek Satelit Multifungsi berteknologi canggih yang  diprediksi akan menelan biaya lebih dari Rp3,5 Triliun. Taruhannya tidak tanggung-tanggung adalah nama besar Telkom.

Anda pernah ke Museum Telekomunikasi di TMII?  Di sana banyak tersimpan sejarah dan catatan tentang kehebatan Telkom di awal persatelitan Indonesia. Lihatlah, patung Mahapatih Gajah Mada yang menghunus keris Palapa ke angkasa, itu adalah simbol kedigjaan Satelit Palapa Telkom (d/h Perumtel) 1975 yang diresmikan oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto.  Sayang sekali, museum itu sekarang dalam keadaan kumuh dan pintunya digembok permanen.

Selaku pemenang evaluasi, hanya ada satu pilihan bagi Telkomsat, yaitu wajib mampu menunjukkan performansi terbaiknya. Di lain pihak, sebagai pemegang Hak Pengguna Filling Satelit di slot orbit 113° BT, Telkomsat juga membawa “misi emosional”, yaitu mengembalikan citra jawara Telkom dalam bidang persatelitan di kawasan ini.

Bersama Telkom, 45 tahun silam Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang mengoperasikan sistem komsat, setelah Amerika dan Kanada. Jejak persatelitan Indonesia juga fenomenal. Hampir semua negara ASEAN tempo dulu belajar teknik komunikasi satelit di Pusdiklat Telkom. Sekarang? Dalam tataran global bisnis persatelitan, mereka kenyataannya amat advance dan pesaing berat kita.

NKRI adalah negara kepulauan yang luas. Apapun ceritanya, di tanah air ini, jangkauan luas sistem komunikasi satelit domestik (SKSD) Indonesia tidak akan  tergantikan oleh sistem telekomunikasi yang lain, tidak juga oleh coverage seluler terestrial yang saat ini amat digandrungi.

Di negara-negara maju, seperti Amerika dan Jepang, kendati aksesibilitas serat optik sudah terbilang masif, jaringan satelit juga terus tumbuh untuk konektivitas daerah-daerah rural, atau sebagai back up apabila terjadi mitigasi bencana alam.

Adapun di Indonesia, saat ini masih terdapat 12.548 desa yang belum terjangkau internet, 73% di antaranya berada di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), dan sisanya non-3T.  Sistem komsat akan sangat berperan mengatasi kesenjangan digital (digital divide) untuk saudara-saudara kita di wilayah tersebut di seluruh Nusantara.

Telkomsat mulai sekarang sudah harus bersiap diri. Anak bangsa dalam naungan Telkom Group ini,  kini dituntut merencanakan program enjiniring yang handal dan skedul yang rinci untuk menempatkan High Throughput Satellite (HTS) yang mencakup pita frekuensi C-band dan Ku-band di slot orbit 113° BT. Targetnya cukup ketat, sebelum ayam berkokok di tahun 2025 sistem HTS Telkomsat sudah harus bertengger di angkasa raya. Pengalaman dan komitmen Telkom Group insyaAllah akan membuktikan, proyek prestisius ini selesai sebelum waktunya.  Semoga semua indah pada waktunya.

Implementasi platform HTS di slot orbit 113° BT kelak, adalah juga momentum untuk membangkitkan kembali kejayaan persatelitan Telkom. Sistem satelit eksisting di lintasan geostasioner (35.000 Km di atas bumi) teknologinya telah digunakan sejak 60 tahun yang lalu. HTS akan hadir untuk memberikan kapasitas 100 kali kemampuan satelit geo konvensional yang saat ini masih dioperasikan.  Dengan performa tersebut, maka speed akses internet via satelit di setiap jengkal tanah air akan cukup memadai. Akses wi-fi gratis di 150.000 titik kehidupan akan menjadi kenyataan.

Selanjutnya, dalam kurun 5 tahun ke depan,  akan lahir sistem Low Orbit Satellite (LEO) yang beroperasi ”hanya” 2.000 Km di atas kepala kita.  Latency delay LEO cukup rendah, sekira setara dengan sistem seluler 4G yang ada di tangan Anda.

Secara enjiniring para insinyur Fabrikan satelit,  Telkomsat dan Peluncur roket akan mengkalkulasi agar risiko kegagalan seminim mungkin, namun masih ada faktor ”takdir”.

Pada event peluncuran Satelit Multifungsi HTS Telkomsat beberapa tahun mendatang, tahapan saat satelit bermanuver untuk masuk ke slot orbitnya adalah episode yang paling krusial, mendebarkan dan menentukan.

Ketika November 2005 saya memimpin misi peluncuran satelit Telkom-2 di Kourou French Guiana, gangguan teknis dan cuaca berkali-kali menghadang sehingga jadwal peluncuran Telkom-2 mundur terus tak menentu.

Tim ”terdampar” cukup lama dalam penantian nan menegangkan di Pantai Atlantik Amerika Selatan. Namun tekad sudah bulat, kami berpantang pulang. Sambil terus berjuang,  kepada Allah jua segalanya kami pasrahkan.

Hanya dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, maka proses desain dan pembangunan Satelit HTS Telkomsat akan lancar pelaksanaannya. Kelak pada saatnya, hati segenap veteran dan senior persatelitan Telkom beserta seluruh insan Telkom Group akan menyatu untuk mengantarkan satelit HTS Telkomsat meluncur ke angkasa raya, melintas di ”slot orbit 113° BT.

Tradisi kebersamaan khas Telkom memang tiada duanya. Itulah rahasia yang selalu membedakan Telkom Group dalam memenangkan misi merah putih yang stategis seperti ini. InsyaAllah……

Salam Indonesia!(*)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled