Florian Gschwandtner, Kegagalan Sebagai Motivasi

sinyal.co.id

Mencoba untuk menjadikan kegagalan sebagai motivasi bukan untuk berhenti dan berpaling ke yang lain.

Mencoba untuk menjadikan kegagalan sebagai motivasi bukan untuk berhenti dan berpaling ke yang lain.

Siapa yang tak kenal dengan aplikasi Runtastic? Bahkan saat ini anak kecil pun sudah mulai tahu aplikasi apa yang dijadikan rujukan jika ingin membuat badan sehat dan bugar. Tak hanya itu, selain aplikasi, Runtastic kini juga dikenal dengan wearable devicenya. Seperti yang kita tahu, di Indonesia sendiri, baik smartwatch dan juga wearable device milik Runtastic sudah mulai bertebaran.

Di Google Playstore pun, banyak yang menggunakan berbagai jenis produk aplikasi milik Runtastic. Nah, jika Anda sudah familiar dengan aplikasinya, SINYAL akan mengajak Anda berkenalan dengan sosok di balik meja kepemimpinan Runtastic. Dia adalah penemu sekaligus leader dari perusahaan startup asal Austria ini.

Di sudut kecil kota Lower Austria, tepatnya di desa dengan 2000 penghuni yang disebut dengan desa Strengberg. Di desa tersebut terletak pertanian keluarga, sebuah kompleks yang indah di ujung jalan negara. Di sinilah pendiri Runtastic menghabiskan masa kecilnya. Dia mendapat moped (sepeda motor) pertama di umurnya yang ke-tujuh tahun, dan dia memiliki banyak ruang untuk memainkan moped tersebut serta membuat kegaduhan di wilayahnya.

Selama menjadi buruh pabrik, pria bergelar MSc, Mobile Computing dari Fachhochschul-Studiengang Oberösterreich di Hagenberg ini melakukan analisa dan juga praktek lapangan bersama tiga orang temannya yaitu, Christian Kaar, Alfred Luger, dan juga Rene Giretzlehner. Selama prosesnya, Florian membiayai semuanya dengan uang yang didapatnya sebagai pekerja pabrik.

Dalam prosesnya melakukan riset serta pengembangan peralatan tracking yang mereka harapkan, tidak berjalan mulus seperti kebanyakan para ilmuwan dalam menciptakan sesuatu. Pernah satu kali saat Florian menciptakan sebuah chip pengukur jarak jogging yang dibekali dengan tenaga surya, namun gagal, hanya terjual satu unit.

Bahkan, dia merelakan karirnya di pabrik baja yang cukup baik yaitu sebagai manajer proyek internasional hanya untuk meneruskan keinginanya membangun sendiri perusahaanya. “Mencoba untuk menjadikan kegagalan sebagai motivasi bukan untuk berhenti dan berpaling ke yang lain.”, begitulah kalimat pedoman yang selalu di usungnya. Proyek yang dia danai sendiri terus dilanjutkannya. Bekerja siang dan malam untuk pengembangan aplikasi, hingga benar-benar terealisasikan.

Berkat pengetahuannya yang mendalam di bidang teknis, serta pengalaman akan kegagalan yang sudah pernah dirasakannya. Akhirnya, Florian mampu menelurkan sesuatu dari segala jenis ide dan gagasan yang dibangun bersama tiga orang temannya.

Karirnya sebagai pengusaha mulai terbentuk pada tahun 2006 dengan sebuah kotak hitam kecil, M-Box, yang dapat melacak kapal berlayar dan juga mobil balap melalui GPS. Tidak berhenti disitu, bersama tiga rekannya terus mengembangkan Runtastic dengan fungsi utama yang tetap sama tapi bukannya melacak kapal dan mobil, melainkan mereka membuat alat yang bisa digunakan untuk melacak orang joging. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan investor pertama Runtastic.

Hanya berawal dari mogoknya mobil dan mengharuskannya pergi bekerja ke pabrik dengan sepeda, hingga mengharuskannya berjalan. Dari situlah ide untuk melacak kegiatan joging bermula, awal dari kehidupan Runtastic bersama Florian.

Berkat ide dan hasil karyanya dalam bentuk aplikasi yang memanfaatkan GPS pada smartphone, Gabriel Gabner hadir sebagai orang pertama yang menanamkan sahamnya. Namun, gelombang saham tak berhenti sampe disitu, berkat bantuan dari tiga rekan bisnisnya di luar Runtastic yaitu Stefan Kalteis, Bernhard Lehner dan Alexander Egelsbock, investor besar Hansi Hansmann ikut bergabung untuk memajukan Runtastic di kancah dunia.

Dengan kehadiran Hansi Hansmann, Runtastic milik Florian semakin banyak dikenal. Bahkan hingga hari ini, aplikasi kebugaran milik anak petani ini, memiliki lebih dari 70 juta pengguna. Dan yang lebih gila lagi, beberapa waktu yang lalu Adidas membeli perusahaan tersebut dengan mahar sebesar 220 juta euro. Jauh sebelum Adidas mulai melirik Runtastic, cerita tentang anak petani yang sukses dengan ide gilanya ini sudah mulai terekspose di beberapa media besar seperti New York Times, der Spiegel, dan Wired.

Saat ini, Runtastic adalah salah satu dari 12 perusahaan di seluruh dunia yang memiliki akses ke  dalam proyek Google, tentunya yang berhubungan dengan fitur penunjang Google. Dan Runtastic sendiri, terhitung sudah memiliki lebih dari 15 jenis aplikasi sebagai bentuk pengembangan perusahaan. Di tambah dengan device yang juga mereka ciptakan sendiri,  serta penjualan aplikasi $4,99 dolar untuk versi pro di tiap aplikasi. Runtastic menjadi salah satu perusahaan yang berdiri secara mandiri dengan 70 karyawan, meski tetap dibantu dengan investor.

Imam

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled