Tarif Interkoneksi Turun Tingkatkan Kesejahteraan Konsumer

Hal yang menjadi kelemahan metode ini adalah cara ini dapat mengakomodasikan ketidakefisienan operasi atau teknologi yang dimiliki operator incumbent dan melimpahkan ketidakefisienan operator incumbent tersebut kepada operator yang mendapat interkoneksi.

Hal ini menyebabkan tarif jasa yang diberikan kemungkinan dapat lebih rendah apabila operator mempergunakan teknologi atau praktik manajemen yang efisien.

Suatu common practices yang berlaku di sebagian besar negara di dunia, penetapan tarif telekomunikasi (tarif interkoneksi, tarif terminasi) menggunakan Forward-Looking Approach.

Model ini menghitung biaya untuk membangun kembali elemen jaringan spesifik dengan mempergunakan teknologi yang ada, dengan asumsi bahwa biaya operasi dan modal dimanfaatkan secara efisien.

!–nextpage–>

Telah disepakati bersama bahwa regulator telekomunikasi Indonesia mempergunakan pendekatan Long Run Incremental Cost (LRIC) sebagai cara untuk menghitung tarif.

Sampai dengan tahun 2015 TSEL ditetapkan sebagai acuan karena dianggap operator STBS paling efisien. Namun berdasarkan perhitungan terakhir, yang telah disampaikan dan diketahui oleh regulator, ada operator STBS lain yang dinyatakan paling efisien.

Dimana memiliki tarif interkoneksi paling rendah, bahkan jauh lebih rendah daripada TSEL. Namun demikian regulator tetap mempergunakan angka perhitungan TSEL sebagai acuan perhitungan tarif telekomunikasi.

Dalam pendekatan LRIC, salah satu faktor utama adalah prediksi kenaikan permintaan (demand) trafik dan weighted average cost of capital (WACC).

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled